Buya Syafi'i: Kalau tak Berhasil, Kasihan Negara Ini

Rabu, 07 Juni 2017 – 12:09 WIB
Ahmad Syafi'i Maarif (kanan) usai dilantik Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Rabu (7/6). Foto: Fathra N Islam/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ahmad Syafi'i Maarif termasuk dalam sembilan orang dewan pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) yang dilantik Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Rabu (7/6).

Sama seperti Megawati Soekarnoputri, Buya Syafi'i juga belum bisa bicara banyak soal lembaga baru tersebut.

BACA JUGA: Pakai Kebaya Oranye, Megawati Tersenyum Usai Dilantik Jokowi

Sebab, para pengarah dan kepala UKP-PIP Yudi Latief harus menggelar rapat terlebih dahulu membicarakan program.

Namun mantan ketua umum PP Muhammadiyah itu memandang tugas UKP-PIP ke depan cukup berat dalam merebut kembali kepercayaan publik terhadap lembaga ini. Apalagi lembaga semacam ini sudah ketiga kalinya dibentuk sejak era Soekarno.

BACA JUGA: Namanya Masuk Dewan Pengarah UKP-PIP, Begini Respons Mahfud MD

"Dulu zaman Bung Karno ada namanya indoktrinasi tentang Tubapi (1950-1966), gagal. Kemudian P4 gagal. Ini yang ketiga harus berhasil. Kalau tidak berhasil menurut saya kasihan negara ini," ujar Buya Syafi'i usai dilantik.

Tantangan terberat yang harus dihadapi menurut tokoh kelahiran Sijunjung, Sumatera Barat, ini, bagaimana membawa Pancasila yang memiliki nilai-nilai luhur dirasakan oleh masyarakat. Sebagai contoh sila kelima. Di mana ketimpangan sosial di tengah masyarakat tajam sekali.

BACA JUGA: Pak Jokowi, Please Tak Usah Grogi Melantik Bu Megawati

"Sila kelima itu sejak kita merdeka, proklamasi itu tidak dijadikan secara penuh dalam strategi pembangunan nasional. Itu masalah kita," ujar Buya.

Nah, sekarang pemerintah menurut dia sedang berupaya melaksanakan Sila ke-5 Pancasila itu melalui berbagai program.

Sehingga, para tokoh yang duduk di UJKP-PIP sifatnya hanya membantu dengan memberikan masukan-masukan.(fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Istana Ingin Bikin Surprise, Nama Megawati Sudah Bocor


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler