jpnn.com - JPNN.com-- Harga cabai hingga saat ini masih belum stabil. Ketidakstabilan harga tersebut tampak di tiga pasar di Surabaya.
Yakni, Pasar Keputran Utara, Kapas Krampung, dan Wonokromo. Cabai rawit pada 31 Desember lalu mencapai Rp 100 ribu per kilogram.
BACA JUGA: Harga Cabai Rawit Kembali Stabil Diawal Tahun
Kini harganya sejatinya sudah turun, tetapi masih sekitar Rp 80 ribu per kilogram.
Karena cabai masih langka, Juminten, salah seorang pedagang di Pasar Kapas Krampung, terpaksa menjual cabai rawit busuk. Toh, buktinya masih ada yang berminat.
BACA JUGA: Rawit Merah Makin Pedas, Rp 100 Ribu!
''Biar busuk masih ada yang mau bayar,'' katanya sambil menunjukkan cabai yang kulitnya keriput.
Cabai rawit busuk yang dijual Juminten harganya mencapai Rp 40 ribu per kilogram.
BACA JUGA: Harga Cabai Rawit Merah Tembus Rp 80 Ribu Per Kilogram
Cabai itu biasanya digunakan untuk bahan saus oleh pengusaha rumahan atau pedagang bakso.
Adapun cabai yang masih segar harganya dua kali lipat.
Harga cabai sebenarnya meroket menjelang akhir 2016. Kondisi tersebut terjadi karena pasokan cabai dari Pasar Keputran menurun.
Memang, berbagai macam sayuran dan buah dari Pasar Keputran didistribusikan ke pasar-pasar tradisional di seluruh Surabaya.
''Dari Keputran sudah mahal,'' ucap Juminten.
Para pedagang cabai di Pasar Keputran pun mengeluhkan kelangkaan itu.
Menurut mereka, pasokan cabai dari Banyuwangi dan Lumajang tidak datang sejak beberapa hari terakhir.
Di Pasar Wonokromo, salah satu pembeli, Muhammad Ganjar Nugraha, terlihat berbelanja cabai rawit.
Tidak banyak. Hanya seperempat kilogram. Padahal, jika harganya normal, dia bisa membeli cabai dua kilogram setiap hari.
Namun, kemarin harga cabai yang dibeli mencapai Rp 90 ribu per kilogram di Pasar Wonokromo.
Di stan lain masih ada yang menjual cabai Rp 100 ribu per kg.
Ganjar selalu butuh cabai segar untuk membuat sambal. Sebab, dia merupakan pedagang bubur ayam yang membuka usaha di Pakis Tirtosari.
''Kalau tidak cabai segar gak enak,'' ucap remaja yang membawa catatan belanjaan yang ditulis ibunya.
Salman Al Farisi yang meladeni Ganjar menyahut. Menurut dia, beberapa pedagang makanan selalu menjaga kualitas.
Jika sambal diganti cabai bubuk atau cabai busuk, rasanya pasti berbeda. Karena itu, berapa pun harganya pasti ada yang beli.
''Memang naik turunnya ngawur,'' ungkapnya sambil menali cabai dalam kantong plastik.
Di sisi lain, harga cabai besar justru turun. Sebab, pasokannya datang besar-besaran di Pasar Keputran kemarin (2/1).
Cabai besar yang awalnya Rp 40 ribu per kilogram kini dihargai Rp 25 ribu per kilogram. (sal/kik/c15/dos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Cabai Semakin Pedas Jelang Natal
Redaktur & Reporter : Natalia