JAKARTA - Indonesia membukukan perbaikan pundi-pundi valasnya. Sejak awal tahun, posisi cadangan devisa tanah air terus mengalami peningkatan. Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa (cadev) dari USD 107,7 miliar pada Juni menjadi USD 110,5 miliar pada Juli 2014.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, kenaikan cadangan devisa tersebut berasal dari penerbitan Euro Bonds. Selain itu dari penerimaan devisa hasil ekspor migas pemerintah yang melampaui pengeluaran pembayaran utang luar negeri.
"Penerimaan devisa yang tinggi juga merupakan dampak positif dari aliran masuk modal asing," kata Tirta, Jumat (8/8).
Merujuk data kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) yang dapat diperdagangkan, per Juli 2014 investor asing memiliki 36,33 persen dari total obligasi yang dirilis pemerintah. Yakni sebesar Rp 418,26 triliun dari total sebesar Rp 1.151,18 triliun. Porsi kepemilikan asing tersebut adalah yang paling besar selama setahun terakhir.
Tirta mengatakan, posisi cadangan devisa per akhir Juli dapat membiayai 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri. Nilainya juga setara di atas standar kecukupan internasional yang sekitar tiga bulan impor.
BACA JUGA: Setoran BUMN Dekati Target
"Kami menilai kenaikan cadangan devisa berdampak positif dalam memperkuat ketahanan sektor eksternal, dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi ke depan," ungkapnya.
Selain kenaikan cadangan devisa, Indonesia juga memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi krisis karena dibantu oleh negara sekawasan. Salah satunya Indonesia menjadi anggota perjanjian Chiang Mai Initiative Multilateralism (CMIM). Dalam perjanjian ini, negara bisa mendapatkan fasilitas bantalan krisis.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo mengatakan, nilai komitmen perjanjian tersebut meningkat dari USD 120 miliar menjadi USD 240 miliar. Selain itu, perjanjian juga menerapkan poin fasilitas CMIM Precautionary Line yang merupakan pencegahan krisis.
Menurut Agus, perjanjian tersebut bakal memperkuat jaring pengaman keuangan regional bagi anggota CMIM. Khususnya dalam menghadapi potensi maupun masalah neraca pembayaran, serta kesulitan likuiditas jangka pendek.
"Perkembangan global yang akan datang tidak boleh dianggap enteng. Indonesia juga mengantisipasi dinamika dunia yang terus berjalan, jadi mesti mempersiapkan diri," ungkapnya. (gal/agm)
BACA JUGA: Tarif Angkutan Akan Naik
BACA JUGA: PLN Berharap Bisa Hemat Rp 9,4 Miliar
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jumlah Pengguna Ferry ASDP untuk Mudik Meningkat 5 Persen
Redaktur : Tim Redaksi