Cadangan Devisa Negara Turun, Masih Aman di Atas Standar?

Sabtu, 06 Agustus 2022 – 06:48 WIB
Bank Indonesia (BI) menyampaikan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2022 menurun. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyampaikan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2022 menurun.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan cadangan devisa turun menjadi USD 132,2 miliar dari posisi akhir Juni 2022 sebesar USD 136,4 miliar.

BACA JUGA: Cadangan Devisa Moncer, Rupiah Hari Ini Berjaya

Erwin mengungkapkan penurunan posisi cadangan devisa antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.

"Sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global," ungkap Erwin, di Jakarta, Jumat (5/8).

BACA JUGA: USD Sudah Rp 15 Ribu, tetapi Cadangan Devisa Menanjak, Konon Utang Negara Aman

Kendati demikian, Erwin menilai posisi cadangan devisa tetap tinggi karena setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

"Berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor," kata Erwin.

BACA JUGA: Ada Cadangan Migas Baru di Wilayah Kerja PHE ONWJ

BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Ke depan bank sentral memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung proses pemulihan ekonomi nasional.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang meningkat sebagaimana juga dialami oleh mata uang regional lainnya, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

Kurs mata uang Garuda pada 20 Juli 2022 terdepresiasi 0,60 persen dibandingkan akhir Juni 2022, namun dengan volatilitas yang terjaga.

Depresiasi itu sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara untuk merespons peningkatan tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

"Nilai tukar rupiah sampai 20 Juli 2022 terdepresiasi 4,9 persen dibandingkan dengan level akhir 2021 (point-to-point/ptp), tetapi relatif lebih baik," kata Perry.

Perry menyebut jika dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya Indonesia masih lebih stabil.

"Malaysia 6,41 persen (ptp), India 7,07 persen (ptp), dan Thailand 8,88 persen (ptp)," ungkap Perry. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler