Cadev Meningkat, Rupiah Melesat

Bisa Membiayai 5,9 Bulan Impor

Sabtu, 08 Maret 2014 – 06:54 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Selain memperkuat nilai tukar rupiah, masuknya aliran dana asing beberapa pekan terakhir juga mengerek posisi cadangan devisa (cadev). Bank Indonesia (BI) mencatat, cadangan devisa per Februari 2014 mencapai USD 102,74 miliar atau naik USD 2,09 miliar dari posisi akhir Januari 2014 sebesar USD 100,65 miliar.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, besarnya inflow pada tiga bulan pertama tahun ini bahkan sama dengan jumlah net inflow sepanjang 2013 lalu. Hingga akhir Februari, aliran dana asing yang masuk mencapai Rp 36 triliun, baik melalui surat utang negara (SUN) maupun saham.

BACA JUGA: Renegosiasi Tambang Kelar Sebelum Oktober

"Pada tahun politik 2014, dana investor asing cenderung masuk. Itu memberikan konfidensi kepada Indonesia. Jadi kita menyambut baik," ungkapnya di Gedung BI kemarin (7/3).

Tidak pelak, kinerja pundi-pundi devisa pun membaik. Pada level USD 102,74 miliar, cadangan devisa dapat membiayai 5,9 bulan impor, atau 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Bank sentral juga mencatat besaran devisa saat ini berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

BACA JUGA: Cadangan Devisa Indonesia Naik Rp 24,035 Triliun

Kenaikan devisa secara tidak langsung berkaitan erat dengan penguatan rupiah. Pada perdagangan akhir pekan, kurs referensi BI mencatat penguatan tajam rupiah sebesar Rp 159 ke level Rp 11.395 per USD.

Bahkan, penguatan tersebut merupakan yang pertama sejak akhir tahun lalu. Selama sekitar tiga bulan sejak Desember 2013, nilai rupiah terus berkubang pada kisaran Rp 12 ribu per USD.

BACA JUGA: Hatta Pastikan 25 Perusahaan Tambang Mau Renegosiasi

Tak hanya berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), USD juga terpukul oleh rupiah di pasar spot valuta asing (valas). Kompilasi data Bloomberg menunjukkan, rupiah menanjak 41,50 poin atau naik 0,36 persen ke level Rp 11.440 per USD.

"Selain melihat fundamental yang membaik, dunia juga ingin meyakinkan pasar keuangan kita itu dalam," katanya.

Kendati rupiah dalam tahap perbaikan, Agus menilai tantangan fundamental ekonomi masih berlanjut. Sebab, posisi saat ini sebetulnya tak sebaik saat rupiah masih di kisaran Rp 9.800 per USD.

"Kita tak bisa lihat minggu ke minggu. Namun secara rata-rata data semester pertama 2013 dibandingkan dengan semester pertama 2014," paparnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Kebijakan Moneter, Fiskal, dan Publik Hariyadi B. Sukamdani meyakini bahwa nilai tukar rupiah masih ada ruang untuk menguat. Sebab, tren impor juga mulai turun.

Sebaliknya, investasi asing sudah mulai masuk kembali. Terlebih, geliat persiapan pemilihan umum juga sudah mulai menarik dana-dana asing datang ke dalam negeri.

"Saya prediksi hingga akhir kuartal pertama, rupiah masih bisa bergerak di kisaran support Rp 11.800 per USD dan resistance Rp 11.500," ungkapnya.

Selain itu, Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Fakhrul Aufa menyatakan, berlanjutnya capital inflow diperkirakan memicu optimisme pasar terhadap kondisi domestik. Hal tersebut ditunjukkan dengan turunnya credit default swap (CDS) Indonesia bertenor lima tahun sebesar minus 2,5 persen pada pekan terakhir Februari dibandingkan pekan sebelumnya (week on week/wow).

Meningkatnya kepemilikan asing pada obligasi, misalnya, mencapai Rp 344,2 triliun per 27 Februari atau naik 0,12 persen (wow). "Diperkirakan kinerja ini semakin mengurangi kekhawatiran pasar," paparnya. (gal/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hutama Karya Garap Proyek Tol Trans Sumatera


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler