jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Muhaimin Iskandar mengatakan, kehidupan demokrasi di Indonesia mengalami perkembangan cukup pesat dalam 20 tahun terakhir.
“Perubahan yang terjadi selama 20 tahun ini begitu cepat dan mendasar,” ujar Wakil Ketua MPR Muhaimin Iskandar saat menjadi pembicara di Kampus Bina Sarana Informatika, Kalimalang, Jakarta Timur, 23 Mei 2018.
BACA JUGA: Jelang Pilkada dan Pilpres, Mahyudin: Turunkan Tensi Fitnah
Dalam seminar dengan tema ‘Kesiapan Perguruan Tinggi & Mahasiswa Menghadapi Era Digital & Revolusi Teknologi 4.0’, pria yang akrab dipanggil Cak Imin itu mengungkapkan dua puluh tahun yang lalu, lima orang untuk berkumpul harus izin kepada aparat keamanan.
Sekarang menurutnya izin itu sudah tidak diperlukan lagi. “Kalian mau kumpul-kumpul, sudah tak perlu izin,” paparnya.
BACA JUGA: Muhaimin Merespons Keluhan Para Pengusaha Nasional
Setelah 20 tahun dilewati, bangsa ini sekarang menikmati kebebasan demokrasi. Bagi Cak Imin, demokrasi dan kebebasan itu seperti oksigen, diperlukan setiap orang. Bila tanpa oksigen tentu manusia tak bisa hidup. Pun demikian ketika otoritarian membelenggu kehidupan manusia maka orang tak bebas berekspresi. Masa otoritarian, menurut Cak Imin membuat kebodohan. “Kalau dalam masa sekarang generasi muda tak pintar, itu kebangetan,” paparnya.
Hal demikian dikemukakan sebab dalam kebebasan dan demokrasi melahirkan kreasi dan inovasi. Dalam masa ini banyak lahir dan tercipta teknologi baru terutama dalam komunikasi. Disebut oleh pria asal Jombang, Jawa Timur, itu, terciptanya teknologi baru membawa perubahan yang radikal dan mendasar.
BACA JUGA: Pengusaha Datangi Cak Imin untuk Curhat
“Dunia internet telah melahirkan revolusi,” ungkapnya. Dari perubahan ini membawa dampak pada masalah tenaga kerja, bisnis, dan hubungan antarmanusia. “Kita harus cepat menyesuaikan perubahan,” paparnya.
Dampak teknologi yang membawa perubahan, menurut Cak Imin harus dibaca secara cermat. “Perubahan teknologi harus tetap perlu memperhatikan kearifan lokal,” ujarnya. Dicontohkan, media sosial yang berkembang di masyarakat sering membuat hubungan antarmanusia menjadi renggang.
“Anak sekarang lebih suka memegang handphone,” ujarnya. Akibat yang demikian membuat anak mengabaikan orangtuanya. Tak hanya itu, aneka media sosial membuat terjadinya tsunami berita, hoaks banyak bermunculan. Untuk itu dirinya mengharap masyarakat waspada terhadap berita yang tidak benar. “Bila kita tak waspada, kita akan termakan sampah informasi,” paparnya.
Cak Imin menyatakan kehadiran teknologi di satu sisi bisa memperkuat persatuan bangsa, namun di sisi yang lain dapat membelah persatuan masyarakat. Dari sinilah dirinya mengusulkan adanya tata hubungan dan budaya baru dalam menghadapi majunya teknologi.
Ditegaskan dalam membangun rasa kebangsaan, semangat tak boleh luntur. “Ëgo yang ada diperkecil demi kepentingan yang lebih besar,” ujarnya. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cak Imin: Beras Overproduksi tapi kok Masih Impor?
Redaktur & Reporter : Soetomo