jpnn.com, JOGJA - Wakil Ketua MPR Muhaimin Iskandar atau yang akrab dipanggil Cak Imin, menyampaikan sosialisasi Empat Pilar MPR di Angkringan Pendopo Dalem, Jogjakarta, Jumat (13/4) malam.
Acara ini berlangsung asik, gaul, dan gayeng, diwarnai gelak tawa. Dengan audiens utama ratusan mahasiswa yang kuliah di Jogjakarta, acara dihadiri budayawan, seniman, penulis buku, dan juga anak-anak muda berprestasi yang didaulat berbicara singkat membangun rasa optimistis.
BACA JUGA: Manuver Cak Imin Dinilai sebagai Langkah Cerdas
Hadir antara lain sutradara muda Fajar Nugros, si jago animasi Wahyu Aditya, Erros Djarot, Moamar Emka, penyanyi Syaharani, serta seniman dan budayawan Kota Jogjakarta. Mereka duduk lesehan.
Sosialisasi Empat Pilar MPR kali ini begitu semarak, mirip panggung hiburan rakyat. Malam itu berbagai pentas seni dan budaya seperti pembacaan puisi, stand up comedy, musik jazz, regae, pop, dan wayang hip hop disuguhkan. Acara dimulai pukul 19.00, berakhir hingga pukul 23.00 WIB.
BACA JUGA: Sepertinya PPP Kurang Sreg dengan Join ala Cak Imin
Dalam menyampaikan materi Sosialisasi Empat Pilar, Cak Imin juga berpenampilan santai, hanya berkaus.
Dia katakana bahwa, akhir-akhir ini di media sosial (medsos) terjadi dinamika dengan intesitas yang tinggi. Dalam media sosial tersebut terjadi saling silang pendapat sehingga membuat masyarakat terbelah dan berhadapan. "Hal demikian membuat ruang publik menjadi pengap," ujar Ketum PKB itu.
BACA JUGA: Pokoknya Cawapres, tak Dipinang Jokowi ya Pindah ke Prabowo
Situasi yang demikian, menurut alumni UGM itu, diakibatkan panggung politik yang tidak semestinya. “Dunia politik yang menunjukkan wajah garang, kering dan penuh amarah,” ujar Cak Imin.
Padahal, lanjut Cak Imin, politik sejatinya cara beradab sebagai sarana adu gagasan bagaimana membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menghadapi situasi yang demikian, mantan Ketua Umum PBPMII itu mengajak semua untuk berani keluar dari ruang pengap. "Mari kita saling berpegang tangan mendudukkan makna politik yang sesungguhnya, yakni politik kebangsaan," paparnya.
Dia lantas menekankan pentingnya kembali ke ajaran Trisakti Bung Karno, yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.
Ditegaskan bahwa negeri ini adalah milik semua tanpa harus saling mengeliminasi satu sama lain. Untuk itu bila saat ini ada kecenderungan menjadikan politik sebagai panglima, maka harus segera diganti budaya sebagai panglima.
"Budaya harus menjadi landasan berpikir untuk mengembalikan kedaulatan rakyat," ujar pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, itu. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Oso: Manuver Cak Imin Cerdas
Redaktur & Reporter : Soetomo