Cak Nun Sindir Kepemimpinan Nasional: Jangan Sampai 3 Kali

Senin, 11 April 2022 – 07:15 WIB
Ketua DPR Puan Maharani dan budayawan Emha Ainun Nadjib menghadiri acara Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng di Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (10/4). Foto : Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA SELATAN - Budayawan kondang Emha Ainun Nadjib melontarkan sindiran soal kepemimpinan nasional.

Tokoh berjuluk Kiai Mbeling itu menyampaikan sindirannya saat menjadi pembicara pada acara Sinau Bareng Cak Nun di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (10/4) malam.

BACA JUGA: Cak Nun Ungkap Hubungannya dengan Bu Mega, Jangan Terkejut

Cak Nun -panggilan akrabnya- meyakini Indonesia merupakan pusat kemakmuran dunia. Menurut dia, Indonesia punya modal besar menjadi negara superpower.

Namun, hal itu bergantung pada kepemimpinan nasional. "Kalau Indonesia tidak menjadi superpower, berarti pemimpinnya yang salah," kata Cak Nun.

BACA JUGA: Demo 11 April 2022, Peristiwa 1998 Mungkin Terulang?

Oleh karena itu, Cak Nun mengajak hadirin di acara itu bertindak cerdas dalam menentukan pemimpin.

"Kalau dua kali tidak bisa, jangan sampai tiga kali," ucapnya.

BACA JUGA: Demo Mahasiswa 11 April, Mahfud MD Sampaikan Pesan Ini kepada Irjen Merdisyam

Pernyataan itu langsung disambut tepuk tangan hadirin. Di antara hadirin itu ada Ketua DPR Puan Maharani dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.

Cak Nun meyakini akan ada waktu bagi Indonesia memimpin dunia. Menurut dia, Indonesia merupakan bangsa yang memiliki skala waktu hingga 18 generasi.

Ilmu pengetahuan dan manajemen bangsa Indonesia, katanya, jauh di atas negara lainnya. "Cuma masalahnya, sekarang belum tepat presidennya," ujar Cak Nun.

Hasto dan Puan yang duduk di samping kanan dan kiri Cak Nun terlihat tersenyum meski wajah mereka tertutup masker. Syahdan, pentolan kelompok gamelan Kiai Kanjeng itu buru-buru melanjutkan pernyataannya.

"Jangan marah. Saya tidak mengatakan salah atau jelek, enggak. Belum tepat," kata Cak Nun.

Tokoh asal Jombang, Jawa Timur, itu kemudian memalingkan wajah dan tubuhnya ke arah Puan Maharani.

BACA JUGA: Masinton: Lawan Keserakahan Elite Tua Rakus Pembajak Konstitusi!

Cak Nun mengatakan di Jawa ada istilah benar dan pener (tepat). "Itu sudah benar, tetapi belum pener," ucapnya.

Suami Novia Kolopaking tersebut menjadi pembicara di acara tersebut untuk memenuhi undangan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Yang paling saya kagumi, acara ini berlangsung karena kebesaran jiwa Bu Mega," kata Cak Nun. (fat/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler