Cak Nun: Timnas Junior Saja Bisa

Selasa, 30 Oktober 2018 – 08:51 WIB
Muhammad Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun (duduk) bersama warga yang memadati Pelabuhan Samarinda. Foto: DWI RESTU/KALTIM POST

jpnn.com, SAMARINDA - Muhammad Ainun Nadjib alis Cak Nun dikenal sebagai sosok yang unik. Rambut gondrong, ubanan, dan kumis tipis putih. Punya penggemar fanatik.

Dikenal juga sebagai seorang seniman, budayawan, penyair, dan pemikir. Gagasannya banyak dituangkan ke dalam buku.

BACA JUGA: Munajat Cak Nun untuk Ikhtiar Kiai Maruf Amin

Dia juga satu dari sekian tokoh yang dipanggil ke Istana Merdeka. Memberikan masukan sebelum Presiden Soeharto turun dari jabatannya.

Nama Cak Nun tak asing di telinga seantero masyarakat Indonesia. Dari satu kota, ke kota lain, pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953 itu mengaku terus belajar. Pada 1980-an, Cak Nun menemani Syafril Teha Noer, rekannya semasa di Jogjakarta yang kini menjabat Ketua Dewan Redaksi Kaltim Post (Jawa Pos Group).

BACA JUGA: Saran Cak Nun & Sabrang ke Kiai Maruf soal Hoaks Marak

Pria dengan segudang karya itu menemani kepindahan Syafril ke Kota Tepian. Setelah lama tak bersua dengan ibu kota Kaltim, Cak Nun kembali. “Dulu tidak begini, Samarinda sudah banyak berubah rupanya,” ujarnya sembari tersenyum lebar.

Dia menegaskan, kehadirannya bukan dalam urusan politik. “Saya ini lebih senang ngurusin tanah dan manusianya,” sambung pria 65 tahun tersebut. Ketika bertemu dengan awak Kaltim Post Minggu (28/10), Cak Nun bercerita, Indonesia masih bertransformasi.

BACA JUGA: Butuh Masukan demi Indonesia, Kiai Maruf Temui Cak Nun

Dia menganggap, sampai hari ini, Indonesia belum matang membahas detail tentang perubahan. Seperti filosofi Jawa, deso mowo coro, negoro mowo toto.

“Seharusnya, negara itu meneruskan tatanan masyarakat desa, baru menata negara. Karena negara sudah mengadopsi beberapa dari Amerika Serikat, Jepang, dan negara lainnya, makanya susah transformasi,” ungkap Cak Nun.

Lantas, mengapa harus menggelar acara di pelabuhan? Pria peraih penghargaan Satyalencana Kebudayaan pada 2010 silam itu menuturkan, Pelabuhan Samarinda harus bisa jadi contoh. Cak Nun berharap, Kesyahbandaran bisa seperti timnas junior.

“Enggak terpengaruh sama kakak dan bapak-bapaknya di organisasi nasional,” sebutnya. Nun menggambarkan singkat dengan bahasa seni tentang kondisi federasi sepak bola saat ini yang dianggap carut-marut.

Buktinya, timnas junior bisa memberikan terobosan hingga diketahui masyarakat Indonesia. “Pelabuhan Samarinda harus bisa begitu,” ungkapnya. “Timnas yang junior saja bisa, masa pelabuhan enggak,” sambungnya dengan tertawa. (*/dra/riz/k18)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Meliuk-liuk di Sumba


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler