jpnn.com - KETERBATASAN fisik bukan penghalang Tri Yakin Rosmaida Maury menggapai cita-cita. Siswi Kelas XI SMA Advent Timika yang mengalami kekurangan tangan sejak lahir itu punya semangat hebat yang pantas menjadi inspirasi Indonesia.
Tri, panggilannya, adalah anak ke-9 dari suami istri Tirsan dan Nyonya Tirsan Maury. Tri yang kini duduk di Kelas IPS di SMA Advent adalah sosok yang tegar dan percaya diri. Meski dengan keterbatasan yang dia bawa sejak lahir, kedua tangannya tidak ada, Tri tetap pede ingin menjadi seorang pengusaha sukses.
BACA JUGA: WASPADA! 9 Kasus Kebakaran di Awal Tahun
Didampingi sang ayah yang mantan pemain bola dari klub kebanggaan Papua dan Indonesia, Persipura Jayapura, Tirsan Maury, Tri siang itu mengenakan gaun berwarna hitam dan putih. Dia tampak cantik dengan rambut digulung ke atas, sehingga pipi manisnya terlihat dengan jelas. Senyumnya tidak kalah manis, dengan kulit hitam manis.
Radar Timika (Jawa Pos Group) beruntung mendapat senyum manis Tri. Siang itu dia baru saja pulang dari ibadah di sekolah. Karena dia bersekolah di Yayasan Advent, sehingga dia juga ikut beribadah di sekolah bersama rekan-rekan sekolahnya.
BACA JUGA: Buronan Lapas Bukit Tinggi Ini Berakhir di Tampan
Sang ayah yang merupakan karyawan di Bank Papua menuturkan bahwa sejak lahir memang Tri sudah tidak memiliki kekurangan. Sejak masih di kandungan, sang ibu memang harus bolak-balik rumah sakit akibat adanya satu penyakit yang berhubungan dengan jantung. Sehingga, harus mengkonsumsi obat dengan kadar yang keras.
Kondisi kehamilan sang ibu selama mengandung tidak ada gangguan hingga kemudian lahir dengan selamat. Tri, yang lahir di Jayapura 19 tahun lalu, setelah genap usia kandungan sang ibu, akhirnya dilahirkan di rumahnya di Hamadi, Jayapura. “Karena kami punya keluarga bidan, sehingga istri saya melahirkan di rumah saja. Dan saat itulah bidan yang adalah tante kami membisikkan bahwa anaknya sudah lahir dengan selamat. Namun tangannya tidak ada,” bisik sang tante waktu itu.
BACA JUGA: Listrik Mati, PLN Kirim Surat Terbuka, Ini Isinya
Kaki kanan Tri berfungsi sebagai tangan. Hal itu terlihat, ketika Tri berusia 6 tahun, berkat bimbingan sang istri, Tri malah sudah bisa menulis dengan baik di atas buku, dengan menggunakan kaki kanannya yang lebih kecil. "Dia malah lebih lincah dan rapi menulis dari saudaranya yang lain. Tulisannya bagus lagi,” ujar Tirsan.
Keceriaan Tri sejak masa kanak-kanak hingga kini sudah tentu, harus dibangun karena keterbatasan itu. Meski harus memperlakukannya sedikit khusus, hal itu sudah disampaikannya kepada seluruh keluarga, dan semuanya memahami.
Untuk meningkatkan rasa percaya diri Tri, semua keluarga di samping menyayanginya dengan sepenuh hati, sang ayah juga selalu membuat dia “sibuk”. Sepulang dari kantor, sang ayah kerap menyuruh dia berbagai pekerjaan kecil. Seperti menggaruk badannya, memijit dan sebagainya.
“Pokoknya saya kasih dia banyak pekerjaan. Dan dia melakukannya dengan baik. Garukannya, pijitannya sangat saya suka. Pokoknya kami bangun rasa percaya dirinya dengan kasih sayang kami semua,” ujar Tirsan tertawa.
Masalah datang, ketika Tri harus masuk sekolah. Saat usia 7 tahun, Tri yang sudah bisa menulis dengan baik, kemudian dibawa ke sekolah untuk didaftarkan. Namun sekolah yang dituju malah menolak. “Sebaiknya dia dibawa ke Sekolah Luar Biasa (SLB),” kata Tirsan menirukan ucapan guru di salah satu sekolah di Hamadi, Jayapura.
Menurutnya, Tri tidak perlu ke sekolah SLB. “Anakku kan tidak cacat mental. Hanya fisik. Jadi tentu saya menolak membawanya ke SLB. Lagian juga memang di Jayapura tidak ada sekolah yang memadai fasilitasnya waktu itu. Makanya kami menolak masuk ke SLB,” kenangnya.
Dirinya sebenarnya mau membiayai anak gadisnya bersekolah di sekolah khusus di Solo dan sudah membawanya ke sekolah itu, menjelaskan dan melihat fasilitasnya, namun Tri tidak mau.
“Berapapun biayanya saya akan bayar. Tapi dia memilih bersama kami, sehingga kami tetap menyekolahkan dia di Jayapura. Saya yakin Tuhan memberinya, pasti juga memelihara. Jadi kami tidak berputus asa. Yakin saja Tri membawa keajaiban bagi kami semua,” paparnya.
Dirinya kemudian menghadap ke Dinas Pendidikan dan menjelaskan permasalahan yang dihadapinya. Hingga kemudian Dinas memberikan surat rekomendasi ke sekolah yang dituju agar Tri sekolah. Dan pada akhirnya Tri diterima di sekolah swasta tersebut dan lokasinya dekat dengan rumah, sehingga dapat dengan mudah dipantau keadaannya.
Hingga kini, Tri selalu sehat dan tidak pernah menderita penyakit yang kronis. “Kalau pilek, demam, batuk kan itu biasa. Tapi Tri tidak pernah sakit yang berat. Dia sehat-sehat saja,” ujarnya. (sampe p sianturi/yoshy ohee/adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nelayan Amankan Perempuan Asal Tiongkok
Redaktur : Tim Redaksi