jpnn.com, JAKARTA - Direksi PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk terpaksa melakukan RUPS dalam waktu dekat dan tunduk pada pemegang saham mayoritas.
Yang mana pemerintah ingin memindahkan sahamnya dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN) kepada PT Pertamina. Dengan demikian, PGN yang selama ini telah berkembang begitu pesat dan menyaingi Pertamina, terpaksa menjadi anak perusahaan Pertamina.
BACA JUGA: Gaet Pelatih Asal Thailand Demi Tingkatkan Prestasi
"Namun yang aneh, Pertamina bersikukuh mempertahankan anak perusahaannya yakni Pertamina Gas (Pertagas) agar tetap eksis dan tidak mau dileburkan ke PGN meski PGN nantinya sudah menjadi anak perusahaan Pertamina," ujar Pakar Ekonomi Energi Dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Tri Widodo.
Tri menilai sikap Pertamina tersebut tidak sesuai dengan argumentasi munculnya ide holding migas itu sendiri, di mana wacana holding migas itu muncul lantaran PGN dan Pertagas sulit bersinergi dan menyebabkan inefisiensi.
BACA JUGA: Ternyata Ini Biang Kelangkaan Gas Melon di Jabodetabek
"Alasan holding katanya agar efisien, tapi bagaimana, Pertamina sendiri tidak mau anak usahanya dileburkan, inikan tidak fair. Tentu secara kinerja tetap tidak efisien dan mengingkari semangat holding," kata Tri.
Tri mensinyalir keengganan Pertamina meleburkan Pertagas kedalam PGN lantaran anak perusahaan itu tidak siap menghadapi transparansi bisinis dan keuangan sebagaimana yang biasa dilakukan PGN dengan 43 persen terdapat saham publik.
BACA JUGA: DPD RI: Implementasi BBM Satu Harga Masih Bermasalah
Lalu yang tak kalah menarik, Tri memperkirakan PT PGN akan tergerus di bawah Pertamina yang memabangun dualisme usaha pada bisnis yang sama.
"Gimana, di awal saja sudah begitu, nanti kebijakan induk holding berpotensi mengucilkan PGN dan malah merugikan PGN," tandasnya.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mobil BBM Terbakar di Tol Japek, Jasa Marga Buka Tutup Jalur
Redaktur & Reporter : Yessy