Cara Dahlan Membaca Isyarat Mahfud MD soal Ferdy Sambo

Rabu, 10 Agustus 2022 – 10:43 WIB
Mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Kolumnis kondang Dahlan Iskan mendapat cerita tentang pengungkapan kematian Yosua Hutabarat alias Brigadir J di rumah dinas mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Melalui tulisan Disway edisi Rabu (10/8), Dahlan menggambarkan kasus pembunuhan Brigadir J terungkap setelah Menko Polhukam Mahfud MD menyodorkan jalan pintas.

BACA JUGA: Misteri Pemilik Pistol yang Dipakai Bharada E Terjawab, Ternyata

"Mahfud MD telah menjadi sinar itu. Tanpa dia terlihat menyala-nyalakan dirinya. Ketika saya coba memujinya, Mahfud merendah," demikian tulisan Dahlan.

"Ini karena Bapak Presiden tegas sekali. Dan Kapolri juga bertindak cepat," begitu kalimat Mahfud saat dipuji Dahlan, Selasa (9/8) menjelang subuh.

BACA JUGA: Analisis Reza Indragiri: Ada Perbuatan Berulang Dialami Putri Candrawathi, Begini

Dalam tulisan berjudul Labirin Polkam itu, Dahlan menceritakan pengungkapan peristiwa Duren Tiga menemukan titik terang setelah dicarikan jalan pintas, yaitu melalui ''bedol desa''.

Bedol artinya mencabut pohon sampai ke akar-akarnya. Istilah bedol desa pertama dipakai pada program transmigrasi. Seluruh penduduk desa dipindahkan. Tidak ada yang tersisa. Dengan demikian tidak ada perasaan pilih-kasih.

BACA JUGA: Ferdy Sambo Ternyata Bukan Cuma Menyuruh Membunuh Brigadir J, Ya Ampun, Parah

Dalam peristiwa Duren Tiga, ternyata juga harus dilakukan bedol desa. "Itu kuncinya," ujar Mahfud kepada Dahlan.

Para Jenderal Polisi Diisolasi

Bedol desa di Mabes Polri dilakukan dengan cara memindahkan mereka yang terlibat ke Markas Komando Brimob di Kelapa Dua Depok.

Para oknum yang ditransmigrasikan ke Mako Brimob itu termasuk perwira tinggi Polri berbintang satu dan dua, Irjen Ferdy Sambo salah satunya. Begitu pula yang pangkatnya lebih rendah.

Menurut cerita yang diperoleh Dahlan, di situ mereka diisolasi, diperiksa satu per satu sehingga tersangkanya bisa ditetapkan dan diumumkan.

Awalnya hanya satu tersangka ditetapkan, yakni Bharada E. Pangkatnya begitu rendah, bahkan sempat muncul sangkaan orang kecil selalu dijadikan tumbal.

"Ternyata bisa diumumkan lagi tersangka baru. Tidak tanggung-tanggung: jenderal bintang dua. Si pemilik rumah Duren Tiga: Irjen Ferdy Sambo," begitu tulisan Dahlan.

Setelah itu, satu tersangka lagi disusulkan, yaitu sopir Ny Sambo dan tersangkanya konon masih akan terus bertambah.

"Selasa hari ini akan ditetapkan tiga tersangka baru lagi. Termasuk bintang satu dan bintang dua," ujar Mahfud kemarin.

"Biar Kapolri sendiri yang mengumumkan," tutur Dahlan menirukan ucapan Mahfud.

Jurus Ampuh

Dahlan menilai bedol desa Duren Tiga ternyata menjadi jurus ampuh menerobos labirin sehingga peristiwa besar pembunuhan Brigadir J terbongkar.

Dalam tulisannya, Dahlan menulis Bharada E sempat masuk ke labirin itu dengan mengaku sebagai penembak Brigadir J, tetapi untuk membela diri. Terjadi baku tembak.

"Anda sudah sangat hafal cerita itu," lanjut Dahlan.

Baru setelah dilakukan bedol desa, Bharada E mencoba keluar dari labirin dan mengaku belum pernah menembak orang sebelum itu. Dia tidak membunuh Brigadir J.

"Perubahan begitu cepat," tulisan Dahlan.

Ketika Irjen Sambo sudah dinyatakan sebagai tersangka, Bharada E mencoba keluar lebih jauh lagi dari labirin dengan pergi ke LPSK.

"Di LPSK, pengacaranya memang mengaku E telah menembak J, tetapi sebatas hanya untuk melumpuhkan J. Tidak membunuhnya. Itu pun karena disuruh. Ditekan. Dipaksa," begitu tulisan Dahlan.

Disebutkan pula bahwa Bharada E memenuhi apa yang disyaratkan untuk bisa menjadi pasien LPSK, yaitu harus mau menjadi justice collaborator.

"Harus bisa menjadi penegak kebenaran. Dia sudah menyatakan bersedia," lanjut Dahlan Iskan.

Berarti, katanya, Bharada E akan menjelaskan secara rinci apa saja yang terjadi di rumah Ferdy Sambo sore itu. Baik setelah Brigadir J tersungkur maupun sebelumnya.

Lalu, akan terungkap siapa yang sebenarnya meledakkan pistol ke belakang kepala Brigadir J, sehingga ajudan Ferdy Sambo itu tewas.

"Siapa pula yang menghajar J sebelum dilumpuhkan. Apakah J sempat melawan hingga harus dilumpuhkan?" tulisan Dahlan.

Menurut Dahlan, pengakuan E sebagai justice collaborator tentu akan dibandingkan dengan kesaksian banyak orang di rumah itu.

"Pintu labirin hampir dekat. Penegakan kebenaran kelihatannya bisa diupayakan di Duren Tiga," demikian tulisan Dahlan Iskan. (disway/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler