jpnn.com - Tikus bisa mendeteksi apakah anak-anak menderita tuberkulosis (TB), sebuah penyakit infeksi yang mematikan umumnya menyerang paru-paru dan lebih efektif dalam tugas ini daripada tes yang biasa digunakan, menurut sebuah penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Pediatric Research.
Terinspirasi oleh laporan anekdotal bahwa pasien tuberkulosis mengeluarkan bau khusus, tim yang dipimpin oleh Georgies Mgode dari Sokoine University of Agriculture di Tanzania melatih tikus raksasa Afrika untuk mengendus sampel air liur dan lendir yang dikenal sebagai sampel dahak dari 982 anak balita terinfeksi penyakit.
BACA JUGA: Jangan Dibaca, Ngeri Banget Ini Tikusnya
Anak-anak ini telah diberikan tes-tes standar di klinik di ibukota Tanzania Dar es-Salaam.
Dari anak-anak tersebut, tes smear menunjukkan bahwa 34 anak memiliki TB. Namun, ketika sampel yang sama diberikan pada tikus, ditemukan 57 kasus lagi.
BACA JUGA: Yakinlah, Batam Bisa Bebas Penyakit Tuberkulosis
Kasus-kasus tambahan ini kemudian dikonfirmasi dengan tes mikroskop fluoresensi yang lebih maju dan klinik yang relevan diberi tahu sehingga pasien yang terinfeksi yang terlewatkan oleh pemeriksaan pertama dapat menerima pengobatan.
"Kemampuan tikus cukup menjanjikan karena metode saat ini untuk mendeteksi TB jauh dari sempurna, terutama di negara-negara yang kurang makmur di Afrika Sub-Sahara dan Asia Tenggara di mana penyakit ini tersebar luas dan tes smear murah umumnya digunakan," kata Mgode, seperti dilansir laman MSN, Senin (4/6).
Keakuratan tes smear tergantung pada kualitas sampel sputum, tetapi seringkali, anak-anak yang sangat muda tidak bisa memberikan cukup air liur atau lendir untuk dianalisis.
"Akibatnya, banyak anak-anak dengan TB tidak dikonfirmasi secara bakteriologis atau bahkan didiagnosis, yang kemudian memiliki implikasi besar untuk kemungkinan keberhasilan pengobatan mereka," jelas Mgode.
"Ada kebutuhan untuk tes diagnostik baru untuk mendeteksi TB yang lebih baik pada anak-anak, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah," pungkas Mgode.
Studi baru ini didasarkan pada pekerjaan sebelumnya yang dilakukan di Tanzania dan Mozambik di mana tikus raksasa Afrika diajari untuk mengambil aroma bakteri tuberkulosis menggunakan teknik yang mirip dengan bagaimana tikus diajarkan untuk dilatih mendeteksi bau yang dikeluarkan oleh ranjau darat.
Tuberkulosis adalah salah satu dari 10 penyebab kematian di seluruh dunia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, menewaskan 1,7 juta orang pada tahun 2016.
Lebih dari 95 persen dari kematian ini terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. (fny/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fany