Yakinlah, Batam Bisa Bebas Penyakit Tuberkulosis

Jumat, 14 April 2017 – 03:30 WIB
Walikota Batam, Muhammad Rudi SE,MM dan Wakil Walikota Batam, Amsakar Ahmad melepas burung merpati usai peringatan hari TB sedunia di Pelabuhan Ferry Internasional, Sekupang, Kamis (13/4). F. Dalil Harahap/Batam Pos/jpg

jpnn.com, BATAM - Wali Kota Batam, Muhammad Rudi ingin kota Batam bebas dari penyakit Tuberkulosis.

Untuk itu, dia meminta kepada Dinas Kesehatan Kota Batam dan instansi terkait untuk memerangi dan menekan penyakit Tuberkolosis di Batam, Kepri.

BACA JUGA: Persoalan Lelang Pemerintah Mendominasi Laporan ke KPPU

Rudi menyebutkan pemerintah belum bisa meng-cover seluruh biaya penyakit yang ada di Kota Batam, termasuk Tuberkolosis.

"Semakin banyak penderita semakin banyak biaya yang harus disiapkan pemerintah," kata Rudi saat menghadiri hari peringatan TB Internasional, di Pelabuhan Internasional, Sekupang, Kamis (13/4).

BACA JUGA: Banyak Pelabuhan Tikus, KPPU: Batam Rawan Persekongkolan Kartel

Dia berharap Batam bisa mendukung program pemerintah Indonesia bebas TB 2050 mendatang. Oleh karena itu puskesmas harus serius menangani permasalahan ini, termasuk memberikan layanan dan memastikan semua penderita menyelesaikan pengobatan hingga sembuh.

"Ini penyakit yang sangat mudah sekali menular, jadi membutuhkan perhatian yang serius. Secara nasional harus 85 persen pencapaian penyembuhan TB, sedangkan kita masih jauh di baawahnya," tegas Rudi.

BACA JUGA: Peternak Babi Minta Disediakan Lokasi Legal

Dinas Kesehatan Kota Batam mencatat saat ini angka kesembuhan penderita Tuberkulosis (TB) masih rendah. Berdasarkan data dari Dinkes tahun 2014 ditemukan 829 kasus dengan kesembuhan mencapai 39 persen, 2015 ditemukan 507 kasus kesembuhan mencapai 38 persen, tahun 2016 terdapat 883 kasus dengan kesembuhan yang hanya mencapai 40 persen.

Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Batam, Sri Rupiati mengatakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian kesembuhan ini tingkat kesadaran penderita untuk sembuh yang masih kurang.

"Banyak yang tidak patuh minum obat," kata dia seperti dilansir Batam Pos hari ini.

Pasien yang positif terkena TB harus rutin mengkonsumsi obat selama enam bulan, namun kenyatannya, pasien berhenti setelah tiga bulan pertama.

"Karena merasa batuknya sudah membaik, jadi mereka berhenti, padahal itu tidak boleh," jelasnya.

Lanjutnya, TB saat ini bukan hanya terjadi pada orang dewasa saja, hampir 6-10 persen TB juga menyerang anak-anak. TB pada anak umumnya ditularkan melalui penderita dewasa. Selain itu, faktor anak kurang gizi juga meneyebabkan anak rentan menderita TB.

"Meskipun tidak banyak, TB terhadap anak patut diwaspadai," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Batam, Anas mengatakan program TOSS TB atau temukanTB, obati sampai sembuh yang telah dicanangkan sejak April 2016 lalu diharapkan bisa meminilisir penderita TB di Batam.

"Kami di pelabuhan selalu mewaspadai penumpang dengan gejala TB akan dilakukan pemeriksaan. Klinik kami selalu terbuka untuk menangani kasus ini," kata dia.

Kementerian kesehatan juga meminta Batam untuk bisa menerapkan program ketuk pintu untuk menemukan, menangani, dan mengobati penderita lebih awal. "Beberapa daerah sudah mulai, mungkin Batam bisa menyusul," sebut dia.(cr17)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Begini JAC Batam Kenalkan Pariwisata Kepri di Medan


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler