jpnn.com, JAKARTA - Pabrik makanan dan minuman serta konsumen saat ini sangat memedulikan standar produksi barang yang mereka beli, termasuk produk kakao.
Karena itu, pabrik Cargill berkomitmen menghadirkan pasokan kakao yang transparan dan berkelanjutan.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Ade Armando Serang Din, Lansia 70 Tahun Ditampar Petugas
Dalam hal ini mencakup peningkatan kehidupan petani dan komunitas mereka dari lima negara asal sumber kakao yaitu Brasil, Kamerun, Pantai Gading, Ghana dan Indonesia.
Upaya terbaru Cargill dan kemajuan yang dibuat tertuang di Cargill Cocoa & Chocolate 2018-2019 Sustainability Progress Report.
BACA JUGA: Kementan Mempercepat Proses Bisnis Ekspor Produk Olahan Kakao
”Sustainability Progress Report ini, menyoroti bagaimana upaya Cargill menggunakan teknologi untuk menghubungkan setiap titik dalam rantai pasokan kakao.Transparansi maksimum di sektor kakao sangat penting untuk membuat kemajuan nyata dalam menjamin keberlanjutan sektor ini. Tidak hanya membantu petani kakao, keluarga, dan komunitas mereka menjadi makmur, tetapi juga membantu melindungi planet kita. Dengan bekerja sama dengan mitra, kami yakin bisa terus membuat langkah besar dalam mencapai sektor kakao yang berkembang,” kata Harold Poelma, Presiden Cargill Cocoa & Chocolate.
Melalui Cargill Cocoa Promise, Cargill menyadari peluang yang ditawarkan oleh teknologi dalam mengembangkan bisnis ini.
BACA JUGA: Pandemi Covid-19, Cargill Menyalurkan Bantuan Senilai USD 500 Ribu untuk Indonesia
Seperti e-money, pemetaan GPS dan pengumpulan data digital, yang memungkinkan transparansi lebih besar tentang bagaimana kakao ditanam dan bersumber dari petani.
Tonggak penting periode 2018-2019 meliputi penggunaan menggunakan keranjang kakao yang diberi barcode dan Cooperative Management Systems (CMS) digital, 50% biji kakao dalam rantai pasokan langsung global sudah dapat dilacak, mulai dari saat masih di pertanian hingga ketika tiba di pabrik.
Pada periode 2018-2019, 151.190 metrik ton biji kakao berhasil dilacak.
Selain itu, CMS memungkinkan organisasi petani untuk mengelola pinjaman, mengumpulkan kacang, dan mengecek biaya tetap versus variabel. Juga, mulai periode 2018-2019, semua organisasi petani di Ghana dan Pantai Gading sudah dapat dilihat melalui peta Cargill Cocoa Promise Sourcing Partner
Network yang interaktif. Masing-masing organisasi petani ini mendapat manfaat dari program Cargill
Cocoa Promise.
• Implementasi Child Labor Monitoring and Remediation Systems (CLMRS) untuk menangani pekerja anak telah meningkat secara signifikan. Selain Pantai Gading, Cargill juga menyebarkan CLMRS di Ghana dan Kamerun, yang mencapai total 58.800 petani pada periode 2018-2019.
Sekaligus memperluas jangkauan dari 7% menjadi 29% dari jumlah total pertanian dalam rantai pasokan langsung.
Pada periode 2018-2019, Cargill juga melakukan penilaian kebutuhan yang dapat mengatasi keberadaan pekerja anak di komunitas penghasil kakao di Indonesia; selain itu pendekatan lokal untuk CLRMS mulai dilakukan pada 2020.
• GPS polygon berhasil memetakan 72% dari semua petani dalam rantai pasokan langsung, yang mewakili lebih dari 400.000 hektare lahan pertanian.
Cargill juga sedang dalam upaya mengidentifikasi dari mana kakao itu berasal, daerah mana yang beresiko deforestasi dan bagaimana mengurangi risiko ini melalui intervensi khusus.
Alat-alat digital ini, memberi informasi kepada koperasi dan petani kakao, seperti rencana pengembangan pertanian digital dan wawasan pasar, untuk membantu meningkatkan praktik pertanian mereka.
Selain itu, alat digital berfungsi sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan petani selama krisis, seperti pandemi coronavirus.
Alat pertanian digital Cargill juga bisa memperkuat upaya sosialisasi keselamatan dari pemerintah untuk membantu mengurangi penyebaran virus di komunitas pertanian.
Sementara pesan suara juga dipergunakan untuk menjangkau sepuluh ribu petani yang tersedia dalam berbagai bahasa lokal.
Oleh karena itulah, Cargill melihat digitalisasi dapat mendorong perubahan di seluruh rantai pasokan kakao.
Informasi berharga yang dikumpulkan akan memberi dampak positif di lapangan. Untuk alasan itu, Cargill mengembangkan platform data yang luas, memiliki lebih dari 300 titik data di sepanjang rantai pasokan.
Data ini juga dipergunakan untuk menginformasikan pelanggan melalui portal pelanggan interaktif tentang bagaimana program keberlanjutan kolaboratif bermanfaat bagi petani dan komunitas mereka.
Upaya Cargill masuk ke rantai pasokan kakao yang lebih berkelanjutan dan berkelanjutan secara digital terus dilakukan.
Seiring dengan perkembangan teknologi, Cargill juga terus berupaya meningkatkan kemampuan digitalnya, dan membuka pintu kepada peluang dan layanan baru untuk membawa nilai abadi bagi petani, masyarakat, dan lingkungan. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia