jpnn.com - Kepala eksekutif produsen mobil Stellantis, Carlos Tavares, mengumumkan pengunduran dirinya pada Minggu (1/12).
Keputusan itu diambil Carlos di tengah penurunan laba dan merosotnya penjualan di wilayah utama Amerika Utara.
BACA JUGA: Perkuat Kebutuhan Pasar di Asia Pasifik, Stellantis Dirikan Pusat Suku Cadang di Malaysia
Pria 66 tahun itu memelopori pembentukan perusahaan dalam merger Fiat Chrysler Automobiles dan Peugeot dari Prancis pada 2021.
Stellantis merupakan salah satu produsen mobil terbesar di dunia dan memproduksi kendaraan dengan berbagai merek, termasuk Chrysler, Jeep, Ram, Dodge, Fiat, Peugeot, Opel, dan Maserati.
BACA JUGA: Stellantis Siapkan Jeep EV, Harga Rp 400 Jutaan, Lebih Murah dari Avenger
“Keberhasilan Stellantis sejak didirikan telah berakar pada keselarasan yang sempurna antara para pemegang saham referensi, dewan direksi, dan CEO,” ujar Direktur Independen Senior perusahaan, Henri de Castries, dalam sebuah pernyataan.
“Namun, dalam beberapa minggu terakhir muncul pandangan yang berbeda yang mengakibatkan dewan dan CEO mengambil keputusan hari ini.”
BACA JUGA: Mobil Listrik Murah Dari Stellantis Hadir di Malaysia
Sebelumnya, Tavares telah mengumumkan tahun ini bahwa dirinya berencana untuk pensiun pada akhir kontraknya saat ini, yaitu pada 2026.
Stellantis juga mengatakan bahwa pencarian penggantinya oleh komite dewan khusus sedang berlangsung dengan baik.
Dia menambahkan bahwa komite eksekutif baru, yang dikepalai oleh John Elkann, ketua dewan Stellantis, akan menjalankan perusahaan sampai pengganti permanen untuk Tavares ditunjuk.
Elkann adalah cucu dari Gianni Agnelli, industrialis Italia yang mendirikan Fiat.
Elkann bekerja sama dengan Sergio Marchionne, yang merekayasa pengambilalihan Fiat atas Chrysler pada 2009, yang sedang mengalami kebangkrutan.
Fiat Chrysler menjadi menguntungkan dan berkembang di bawah kepemimpinan Marchionne, yang meninggal secara tak terduga pada 2018.
Di bawah kepemimpinan Tavares, Stellantis berkembang pesat setelah merger trans-Atlantik, dan melaporkan rekor laba sebesar 18,6 miliar euro atau sekitar Rp 310,7 triliun pada 2023.
Dia juga menguraikan rencana untuk mengembangkan kendaraan listrik, meskipun Stellantis bergerak lebih lambat daripada saingannya di Detroit, General Motors dan Ford Motor.
Keuntungan perusahaan turun tahun ini, karena penjualan di Amerika Serikat (AS) turun secara signifikan. (newyorktimes/ant/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pecah Kongsi, GAC Pertanyakan Komitmen Stellantis
Redaktur & Reporter : M. Rasyid Ridha