jpnn.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang luar biasa pada banyak pihak, termasuk dunia pendidikan. Seluruh kegiatan belajar terpaksa harus dilakukan secara daring melalui virtual meeting.
Hal ini menyebabkan terbatasnya interaksi murid dengan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Berbeda dengan siswa biasa, siswa berkebutuhan khusus tidak hanya butuh pengetahuan, namun juga memerlukan interaksi secara langsung dengan orang yang dipercaya.
BACA JUGA: Kronologi Oknum Polisi Habisi Nyawa Dua Perempuan Muda di Medan
Salah satu siswa berkebutuhan khusus yang merasakan dampak pembelajaran jarak jauh selama pandemi ini adalah anak Tunarungu yang selanjutnya akan kami sebut dengan istilah Teman Tuli.
Untuk membantu Teman Tuli, Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Siberkreasi dan Kitatama mengadakan Webinar Digital Society.
BACA JUGA: Takut Sang Istri Diambil Orang, Iwan Winata Nekat Kabur dari Lapas
Acara bertema Strategi Pembelajaran Peserta Didik Teman Tuli Selama Masa Pandemi, itu digelar pada Kamis (25/2) secara daring melalui video conference dengan menggunakan aplikasi Zoom.
Webinar ini dimaksudkan untuk mengetahui apa saja kendala dan solusi yang dapat diberikan dalam menghadapi kegiatan pembelajaran bagi peserta didik Teman Tuli selama masa pandemi COVID-19.
BACA JUGA: Ifan Ohsi dan Aska Rocket Rockers Persembahkan Lagu untuk Teman Tuli
Kemudian memberikan pengetahuan kepada Tenaga Pendidik mengenai bagaimana strategi pembelajaran bagi peserta didik Teman Tuli selama pandemi COVID-19.
Sesi webinar dimulai dengan keynote speech dari Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kemkominfo Semuel Abrijani Pangerapan dan dilanjutkan dengan sambutan dari Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kemendikbud Dr. Samto.
Menurut Samto, secara garis besar ada tiga metode pembelajaran yang dikhususkan bagi siswa berkebutuhan khusus selama pandemi, yaitu pembelajaran daring, pembelajaran luring atau penugasan dan kunjungan ke rumah.
“Kami menjamin bahwa di masa pandemi ini proses belajar tetap berjalan, dan anak-anak tetap mempunyai keterikatan dengan sekolah,” tegas Samto.
Webinar dilanjutkan dengan sesi dialog dengan para narasumber, yaitu Kepala Program Studi Pendidikan Khusus UNS Dr. Subagya, yang memaparkan tentang strategi kurikulum dan pembelajaran yang ramah terhadap PDBK (peserta didik berkebutuhan khusus) tuli di masa pandemi.
Narasumber berikutnya adalah seorang Guru SLB Negeri Balikpapan Ade Putri Sarwendah, yang memberikan pemaparan mengenai Praktik Pembelajaran bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di Masa Pandemi.
Ade menjelaskan bahwa kunci sukses dari kegiatan belajar dari rumah adalah dengan memilih strategi yang sesuai, menentukan teknologi yang tepat, membangun empati, komunikasi yang efektif dan tentunya Guru harus menjadi role model untuk siswa.
“Teknologi hanyalah sebuah alat, tugas Guru yang paling utama adalah memotivasi siswa untuk belajar dan mempertahankan semangat,” ujar Ade menutup paparannya.
Selanjutnya ada Surya Sahetapy, seorang Public Figure dan Mahasiswa Tuli di Rochester Institute of Technology yang berbagi cerita dan pengalamannya dalam menjalani kegiatan pembelajaran di masa pandemi sebagai Mahasiswa Tuli.
Saat ini Surya juga aktif dalam berbagai organisasi seperti di National Technical Institute for the Deaf on Culture and Language, Handai Tuli Indonesia, Jakarta Sign Language Instructor dan masih banyak lagi.
BACA JUGA: Kejar Penjambret, Mbak PR Malah Terjatuh Masuk Drainase Besar, Anaknya Meninggal Dunia
Webinar Digital Society dengan tema “Strategi Pembelajaran Peserta Didik Teman Tuli Selama Masa Pandemi” ini juga disiarkan melalui live streaming di channel YouTube Siberkreasi, Kemkominfo TV, Pendidikan.id, dan Direktorat Sekolah Dasar.(dkk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad