Catatan Akhir Tahun 2021: Politikus PKS Johan Rosihan Soroti Harga Komoditas Pangan

Selasa, 28 Desember 2021 – 23:55 WIB
Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan. Foto: Humas DPR RI

jpnn.com - Anggota DPR RI dari Fraksi PKS Johan Rosihan menilai sepanjang tahun 2021 diwarnai dengan fluktuasi harga komoditas pangan yang tidak terkendali.

“Harga selalu jatuh saat panen sehingga merugikan petani seperti jatuhnya harga gabah, harga jagung, cabai, bawang merah dan lain-lain,” ujar Johan, Selasa (28/12).

BACA JUGA: 5 Catatan Akhir Tahun Nyoman Parta PDIP Terkait Pengembangan UMKM, Nomor 4 Oke Banget

Johan menyampaikan hal itu sebagai catatan akhir tahun 2021 yang harus mendapat perhatian pemerintah.

Menurut Johan, selama tahun 2021 ini produk pangan yang bersumber dari impor seperti daging dan kedelai, harganya terus melonjak yang berakibat merugikan pelaku UMKM serta merugikan konsumen.

BACA JUGA: Catatan Akhir Tahun dari Kurniasih Mufidayati

“Sebab, daya beli yang semakin lemah pada masa pandemik ini,” papar Johan.

Anggota Komisi IV DPR ini menggarisbawahi sejak awal tahun 2021 telah terjadi gejolak harga kedelai yang tidak terkendali dan kebijakan kenaikan HET pupuk bersubsidi yang terjadi pada awal tahun 2021.

BACA JUGA: Pernyataan Terbaru Jenderal Andika Kasus 3 Oknum TNI Buang Mayat Korban Tabrakan di Nagreg

Johan menilai hal tersebut telah berdampak naiknya harga pangan sehingga pengeluaran rumah tangga  terhadap pangan semakin meningkat dan menambah beban rumah tangga petani untuk melaksanakan kegiatan usaha taninya.

Di sisi lain, ucap Johan, pemerintah terlihat tidak berdaya melakukan upaya untuk meningkatkan produksi pangan karena keterbatasan anggaran.

Johan juga menyatakan pada tahun 2021 ini telah terjadi pergerakan kenaikan harga minyak goreng yang terus melambung.

Padahal, Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit (CPO) terbesar di dunia dengan pertumbuhan rata-rata 3,61% per tahun. 

Politikus PKS itu juga menyinggung bahwa pada awal tahun 2021 lalu pemerintah berencana melakukan impor 1 juta ton beras dan hal ini telah menimbulkan polemik serta penolakan luas dari komponen masyarakat.

Menurut Johan, Presiden Jokowi pun berjanji tidak akan melakukan impor beras namun kenyataannya realisasi impor beras mencapai 41.000 ton pada tahun 2021.

Johan juga menyoroti tahun 2021 belum ada kebijakan untuk mengurangi beban biaya produksi yang harus dikeluarkan petani.

Dia mencontohkan ternyata subsidi pupuk banyak yang tidak tepat sasaran serta tidak ada kebijakan harga yang diterima petani sebagai harga yang layak untuk meningkatkan nilai pendapatan petani terhadap komoditas Pertanian yang dihasilkannya.

Wakil rakyat dari dapil NTB ini menilai Pemerintah belum mampu melakukan penyempurnaan sistem data dan informasi di lapangan agar akurasi kondisi pangan di lapangan terus terpantau.

“Saya melihat pemerintah sangat lemah kinerjanya menjaga kondisi stock pangan, fluktuasi harga pangan dan dsitribusi pangan, sehingga situasi tahun 2021 dimana harga pangan terus melonjak tidak terkendali dan target produksi tidak tercapai,” ujar Johan.

Johan juga menambahkan tahun 2021 banyak terdapat target produksi pangan yang lebih rendah dari tahun sebelumnya karena keterbatasan anggaran akibat pemotongan Anggaran Kementan 2021.

Menurut dia, penurunan produksi Pertanian akan berdampak pada kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan pangan, jika semakin melebar maka pemerintah hanya bisa meningkatkan kebutuhan impor sehingga ketergantungan impor terus meningkat setiap tahun.

Anggota Legislatif dari Pulau Sumbawa NTB ini menyatakan bahwa Pemerintah telah terjebak pada program food estate yang banyak menyedot anggaran namun kesesuaian lahan masih bermasalah dan produktivitas yang belum teruji.

“Saya melihat selama ini Pemerintah tidak fokus memperhatikan pengembangan lahan pertanian produktif terutama di Pulau Jawa yang luasnya terus menurun serta tidak punya visi membangun kemandirian pangan nasional melalui program swasembada pangan,” ujar Johan Rosihan.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler