Catatan Pedih dari Surabaya

Oleh Bambang Soesatyo*

Rabu, 16 Mei 2018 – 17:27 WIB
Ketua DPR Bambang Soesatyo (dua kanan) membesuk korban teror. Foto: Humas DPR

jpnn.com - Kami semua kehilangan kata-kata begitu menginjakkan kaki memasuki ruangan ICU Rumah Sakit Bhayangkara yang berlokasi di kantor Polda Jawa Timur, Surabaya. Tampak bocah perempuan berusia 8 tahun tergeletak lemah tak berdaya dengan selang infus di tangan kanannya.

Dada ini langsung bergemuruh, gigi bergemeretuk dan kedua tangan saya mengepal keras menahan geram melihat anak tidak berdosa ini menjadi korban kebiadaban kedua orang tuanya yang menjadi pelaku bom bunuh diri di kantor Mapoltesta Surabaya, Senin pagi (14/5). Ia terlempar saat bom yang dibawa kedua orang tuanya meledak.

BACA JUGA: Pasukan Elite TNI dari Tiga Matra Siap Bergerak

Dari kepulan asap tebal, dia keluar dan berdiri goyah dengan raut muka kesakitan. Tak lama kemudian, AKBP Roni Faisal yang kebetulan sedang bertugas dengan cepat meraih dan menggendong anak malang itu menjauh dari titik ledakan.

Bocah itu selamat walau darah mengucur deras dari tubuhnya yang mungil itu. Peristiwa penyelamatan anak perempuan di markas Polrestabes Surabaya inilah yang kemudian beredar luas di media sosial.

BACA JUGA: Cerita Madi, Wartawan yang Ditabrak Teroris di Mapolda Riau

Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Mahfud yang mendampingi kami di Rumah Sakit Bhayangkara menjelaskan bahwa awalnya, dua motor memasuki gerbang kantor. Motor pertama dinaiki dua lelaki.

Pada motor kedua ada seorang lelaki, seorang perempuan dewasa dan anak perempuan tadi. Karena masuk jalur mobil (bukan jalur masuk motor) maka dua motor itu diadang beberapa petugas.

BACA JUGA: Tentang Sosok Ipda Auzar, Gugur Ditabrak Teroris Usai Salat

Namun, tiba-tiba bom yang diikat di pinggang sang bapak dan ibu itu meledak. Empat pengandara motor terduga teroris dinyatakan tewas.

Hhanya anak perempuan berinisial AIS tadi yang selamat. Mereka ternyata satu keluarga. Suami, istri dan tiga anaknya. Astagfirullah.

Sehari sebelumnya pelaku peledakan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya juga dilakukan oleh satu keluarga yang menewaskan 18 orang. Suami, istri, dua anak lelaki dan dua anak perempuan di bawah umur. Semuanya tewas.

Sebenarnya Kami tidak ada rencana datang ke Surabaya karena  Presiden Jokowi, Kapolri, Panglima TNI dan Kepala BIN sudah datang ke lokasi kejadian. Namun, begitu kami mendengar ada bom lagi diledakan pada Senin paginya, kami pun memutuskan harus segera terbang siang itu juga ke Surabaya untuk melihat langsung apa yang sesungguhnya terjadi di sana.

Ketua DPD RI Osman Sapta Odang telepon mengabarkan bahwa dirinya bersama Komjen Pol (Purn) Gores Mere dan Kapolda Bali Irjen Pol Petrus Golose serta Kapolri Jend Pol Tito Karnavian telah berada di lokasi dan menunggu kedatangan kami. Kami pun tanpa persiapan macam-macam, bersama sejumlah anggota Komisi I dan III DPR RI akhirnya bertolak ke Surabaya.

Begitu mendarat, kami langsung bergegas beberapa ke Mapolrestabes Surabaya bersama Wakil Ketua Komisi I DPR RI Satya Widya Yudha dari Fraksi Golkar, Wakil ketua Komisi III DPR RI Desmond Junaedi Mahesa dari Fraksi Gerindra, serta sejumlah anggota Komisi III DPR RI, antara lain Herman Hery, Arteria Dahlan dan Masinton Pasaribu dari Fraksi PDIP Adies Kadir dari Fraksi Golkar, Wihadi dari Fraksi Gerindra dan Ahmad Sahroni dari Fraksi Nasdem.

Sesampainya di lokasi sekitar pukul 15.15 WIB, rombongan langsung mengadakan rapat dengan Kapolri, Kapolda Jawa Timur, Kakor Brimob dan jajaran lainnya di Mapolrestabes Surabaya. Kami meminta aparat kepolisian dan aparat penegak hukum lainnya harus mampu bertindak tegas tanpa takut melanggar hak asasi manusia (HAM).

Aparat kepolisian harus menyusup masuk ke dalam sel-sel kelompok teroris. Tanpa menunggu teroris melancarkan aksi teror, aparat kepolisian bisa langsung menangkap dan memeriksa jika dirasa ada dugaan kuat dan bukti yang cukup.

Saya mengatakan kepada Kapolri dan jajaran Kepolisian Daerah Jawa Timur bahwa kepentingan bangsa dan negara harus didahulukan. Kalau ada pilihan antara HAM atau menyelamatkan masyarakat, bangsa dan negara, Polri harus memilih menyelamatan masyarakat, bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia.

Soal HAM, kita bahas kemudian. Jika terbukti kita proses hukum, tidak terbukti kita dilepaskan. Saya menegaskan Jangan kasih ruang bagi teroris untuk berlindung dibalik nama HAM.

Di hadapan para wartawan, pimpinan dan anggota Komisi III dan pimpinan Komisi I DPR RI yang ikut dalam rombongan, saya  meminta pemerintah tidak ragu menutup situs maupun konten yang bermuatan radikal. Sebab, berdasarkan informasi dari Kapolri, para teroris memanfaatkan media sosial online untuk merakit bom.

Pemerintah jangan takut untuk meminta provider maupun penyedia layanan platform digital menutup situs maupun konten yang bermuatan radikal. Jika provider maupun platform digital lambat menutup, kita bisa paksa. Ini untuk kepentingan bangsa dan negara.

Sebelum meninggalkan Surabaya pada malam harinya, kami berpesan kepada Kapolda Jawa Timur di Markas Polda Jawa Timur untuk mengajak semua pihak meningkatkan kewaspadaan. Jaga diri, keluarga, maupun lingkungan sekitar terhadap ideologi radikal dan ekstrim yang dibawa oleh orang-orang tak bermoral.

Para tokoh masyarakat dan pemuka agama juga diharapkan ikut ambil peran dalam menjaga keteduhan di masyarakat. Sebab, masyarakat kita sangat heterogen dan kental dengan ketaatan terhadap tokoh maupun pemuka agama.

Untuk itu kita harus mengajak mereka untuk menciptakan keteduhan dan keharmonisan. Para tokoh dan pemuka agama harus mencerahkan umatnya agar tak termakan isu yang dapat memecah bangsa maupun mengganggu kedamaian di Indonesia.

Usai dari Mapolrestabes Surabaya, kami dan rombongan melanjutkan perjalanan menjenguk korban di RS Bhayangkara Surabaya sebagaimana saya ceritakan di atas. Terlihat duka mendalam dirasakan oleh semua anggota rombongan melihat anak pelaku teror yang masih kecil tergeletak tak berdaya di rumah sakit karena dipaksa ikut orang tuanya melakukan tindakan bom bunuh diri.

Di dalam pesawat yang membawa kami kembali ke Jakarta, kami menundukkan kepala untuk berdoa agar para korban, termasuk kepada empat anak pelaku yang masih anak-anak yang berhasil diselamatan aparat. Kami memohon agar para korban diberikan kekuatan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Mari kita sudahi kebiadaban para teroris sampai disini dan menjadi tugas kita bersama bagaimana kita memberikan pendidikan dan masa depan bagi anak-anak pelaku teroris yang berhasil diselamatkan itu.(***)

*Penulis adalah ketua DPR RI

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polri Bekuk PNS Penebar Hoaks Rekayasa di Balik Bom Surabaya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler