Catatan tentang Peran Kakek Anies Baswedan Melobi Negara Lain Mengakui Kemerdekaan RI

Senin, 29 Januari 2024 – 16:33 WIB
Wakil Menteri Muda Penerangan RI Periode Oktober 1946 – Juli 1947 AR Baswedan. Foto: Arsip Nasional

jpnn.com - Ketua Program Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor Dr. Adian Husaini membagikan catatan dari Abdurrahman (AR) Baswedan tentang perjuangan Indonesia memperoleh pengakuan dari negara lain.

Kakek capres bernomor urut 1 di Pilpres 2024 Anies Baswedan itu merupakan salah satu tokoh bangsa yang menjadi diplomat Indonesia.

BACA JUGA: 6 Tokoh jadi Pahlawan Nasional, Termasuk Kakeknya Anies

AR Baswedan merupakan anggota tim diplomat RI di bawah komando H. Agus Salim yang ditugaskan oleh Presiden Soekarno untuk memperoleh pengakuan kedaulatan dari negata lain.

Adian membagikan catatan itu melalui akunnya di Facebook. Akademikus yang juga ulama itu menuturkan AR Baswedan bersama beberapa tokoh lainnya harus tinggal di Mesir selama tiga bulan.

BACA JUGA: Kunjungi Rumah AR Baswedan, Anies Reka Ulang Foto Masa Kecilnya

Para tokoh bangsa itu bertahan di Negeri Piramida tersebut untuk melakukan lobi agar Indonesia mendapat dukungan resmi dari Mesir dan Liga Arab.

"Sampai sekarang saya tidak bisa melupakan hari itu, tanggal 10 Juni 1947. Kami semua diantar oleh Abdul Mun’im (Konsul Mesir di Bombay, India. Pen.) menuju Gedung Kementerian Luar Negeri Mesir, sekitar pukul 9 pagi untuk menghadiri upacara penandatanganan Perjanjian Persahabatan Mesir-Indonesia," demikian catatan A.R, Baswedan yang diungah Adian k Facebook, Senin (29/1/2024).

BACA JUGA: Ini Jasa-Jasa Pahlawan Nasional Abdurrahman Baswedan

Sehari sebelum 10 Juni 1947, koran-koran di Mesir mewartakan keputusan penting rapat kabinet pemerintahan negeri yang beribu kota di Kairo itu. Kabinet Mesir menyetujui penandatanganan Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama antara negeri berjuluk The Mother of The World itu dengan Indonesia.

AR Baswedan selaku Wakil Menteri Muda Penerangan RI pada Kabinet Sjahrir menyebut berita tersebut mengejutkan Duta Besar Belanda di Mesir.

Buktinya, Ambasador Kerajaan Belanda yang berkedudukan di Kairo itu langsung masuk ke ruang pertemuan untuk mengajukan protes atas rencana penandatanganan Perjanjian Persahabatan Indonesia-Mesir.

Duta besar itu mengingatkan Mesir akan hubungan ekonominya dengan Belanda. Sang ambasador juga menyinggung soal janji Belanda mendukung Mesir dalam masalah Palestina di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Namun, Mahmoud Fahmy El Nokrashy Pasha selaku perdana menteri Mesir saat itu menolak protes Belanda.

"Menyesal sekali kami harus menolak protes Tuan, sebab Mesir selaku negara berdaulat, dan sebagai negara yang berdasarkan Islam, tidak bisa tidak mendukung perjuangan bangsa Indonesia yang beragama Islam. Ini adalah tradisi bangsa Mesir, dan tidak bisa diabaikan," catatan AR Baswedan mengutip pernyataan Norakashi Pasha.

Naskah perjanjian itu pun akhirnya ditandatangani oleh PM Norakashi Pasha dan Haji Agus Salim selaku Menteri Muda Luar Negeri RI. AR Baswedan bersama diplomat RI lainnya, yakni Dr. Nazir St. Sutan Pamuntjak dan HM Rasjidi, serta Sekjen Kementerian Luar Negeri Mesir Dr. Kamil menyaksikan penandatanganan perjanian itu.

“Benarlah rumusan para pendiri bangsa bahwa kemerdekaan adalah “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur …” ujar Adian dalam unggahannya.(jpnn.com)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kakeknya Jadi Pahlawan Nasional, Ini Kata Anies Baswedan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler