Cegah Anak Indonesia Kerdil, Fokus Perbaikan Gizi

Kamis, 25 Januari 2018 – 16:42 WIB
Ibu dan anak. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Perbaikan gizi khususnya stunting (pendek/kerdil) menjadi salah satu prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional tahun 2015-2019.

Menurut Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI dr Anung Sugihantono, upaya pencegahan dan penanggulangan stunting menjadi sangat penting.

BACA JUGA: Aturan Peredaran Makanan Anak Harus Diawasi Lebih Ketat

Stunting merupakan kegagalan pertumbuhan (growth faltering} yang dimulai sejak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun.

"Pencegahan dan penanggulangan stunting harus dimulai secara tepat sebelum kelahiran dan berlanjut sampai anak berusia dua tahun," kata Anung pada puncak peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-58 di Jakarta, Kamis (25/1).

BACA JUGA: Intervensi Penanganan Stunting Harus dengan Keroyokan

Dia menambahkan, intervensi paling menentukan untuk mengurangi dan memperbaiki gangguan yang terjadl pada anak perlu dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Anung memaparkan masalah gizi anak yang berdampak pada stunting dan masalah gizi ibu seringkali tidak disadari.

BACA JUGA: Begini Cara Fatayat NU Tekan Angka Stunting Anak

Baik itu oleh keluarga maupun masyarakat sebagai sebuah masalah yang harus dicegah dan diselesaikan.

”Kecuali bila postur tubuh sudah nampak sangat kurus, barulah sadar bahwa ada masalah", imbuhnya.

Hal tersebut mengindikasikan, kebanyakan keluarga tidak memiliki pengetahuan tentang gizi dan perilaku kesehatan yang tepat.

Apalagi masih banyak perempuan tidak menyadari pentingnya gizi bagi diri mereka sendiri.

Sebagai contoh, Iebih kurang dari 89,1% perempuan hamil yang mendapatkan tablet tambah darah, hanya 33,3% persen yang mengonsumsi tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan (Riskesdas, 2013).

Contoh lainnya adalah belum semua anak usia 0-5 bulan mendapatkan air susu ibu (ASI) ekslusif. Data PSG 2016 menyebutkan hanya 54% yang menerima ASl ekslusif.

"Itu menunjukkan masyarakat khususnya keluarga, membutuhkan pelayanan konseling ASI eksklusif. Praktik-praktik pemberian makan serta pola asuh bayi dan anak yang tepat agar tercukupi kebutuhan gizinya," paparnya. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menko PMK Tegaskan Keseriusan Pemerintah Tangani Masalah Stunting


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler