jpnn.com - JAKARTA - Pola konsumsi masyarakat Indonesia yang enggan makan sayur dan buah menyebabkan perubahan faktor risiko kematian. Bila sebelumnya, angka kematian penduduk Indonesia didominasi faktor penyakit menular, kini berubah kepada penyakit tidak menular.
Data Kementerian Kesehatan 2013 menyebutkan, penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun atau 93,5 kurang konsumsi buah dan sayur. Mereka lebih mengutamanakan konsumsi karbohidrat serta lemak.
BACA JUGA: Tim 10 Masih Usut Fakta di Balik Kasus Irman Gusman
"Karena perut penduduk Indonesia kebanyakan diisi karbohidrat serta lemak, jangan heran angka penderita kanker makin tinggi. Apapun yang kita makan, buah dan sayurlah yang mengaturnya di dalam perut," urai Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Dody Izwardy dalam Kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang dihelat KOWANI-Kemenkes RI, di Jakarta, Kamis (6/10).
Dody mengaku banyak mendapatkan keluhan dari pasien kenapa baru sekarang timbul penyakit kanker, diabetes, jantung, ginjal, dan lainnya. Setelah diselidiki pasiennya kurang mengonsumsi sayur dan buah.
BACA JUGA: DPR Janji Awasi Revisi PP tentang Network dan Spectrum Sharing
"Kalau perut tiap harinya diisi makan berat, bagaimana fungsi pencernaan bisa jalan. Harusnya 50 persennya diisi buah dan sayur biar tidak ada unsur-unsur jahat yang nyangkut di perut," terangnya.
Menurut Dody, pemerintah sudah menerbitkan Permenkes 41/2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang. Di dalamnya dijelaskan pentintinga konsumsi sayur dan buah sebagai sumber vitamin, mineral dan serat pangan.
BACA JUGA: Ingat Jenderal, Kita Sudah Maju dan Meninggalkan Dwi Fungsi ABRI
"Jadi bagi yang tidak ingin kena penyakit tidak menular tapi mematikan (kanker, ginjal, jantung), perbanyaklah makan buah dan sayur," tandasnya.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Kembali Periksa Sejumlah Saksi Terkait Kasus Gubernur Nur Alam
Redaktur : Tim Redaksi