Cegah Kekeliruan Diagnosis Hipertensi, InaSH Akan Luncurkan Konsensus Baru

Sabtu, 19 Februari 2022 – 09:50 WIB
Ketua InaSH Erwinanto. Foto: Zoom/InaSH

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Indonesian Society of Hypertension (InaSH) Erwinanto mengatakan sebagian besar diagnosis hipertensi di Indonesia hanya didasari oleh satu kali pengukuran tekanan darah.

Menurut dia, diagnosis bagi penyandang hipertensi memerlukan beberapa kali pengukuran tekanan darah.

BACA JUGA: Hipertensi Jadi Komorbid bagi Pasien Covid-19, Pakar Imbau Lakukan Deteksi Dini

Pemeriksaan itu bisa dilakukan di klinik atau bisa juga menggunakan Home Blood pressure Monitoring (HBPM) atau Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM).

Erwinanto menjelaskan diagnosis hipertensi yang dilakukan dengan satu kali pengukuran tekanan darah bisa menyebabkan hipertensi jas putih atau white-coat hypertension.

BACA JUGA: Polisi Ungkap Fakta Hasil Visum Jasad H yang Tewas di Sel Polsek, Ternyata

"Pasien dengan diagnosis hipertensi jas putih mencapai 30 persen dari semua pasien yang terdeteksi mempunyai tekanan darah tinggi di klinik, tidak memerlukan terapi obat penurun tekanan darah,” kata Erwinanto dalam konferensi pers, Jumat (18/2).

Untuk itu, Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia mengeluarkan konsensus penatalaksanaan hipertensi pada 2021 sebagai revisi dari konsensus 2019.

BACA JUGA: Profil Totok Hariyono, Mantan Wartawan yang Terpilih sebagai Anggota Bawaslu

Dia menyebut konsensus 2021 tetap menekankan perlunya pemeriksaan tekanan darah di luar klinik.

Kemudian, memperbarui rekomendasi pemeriksaan tekanan di luar klinik yang awalnya direkomendasikan bagi semua pasien hipertensi dengan tekanan darah 140/90 mm Hg atau lebih yang terdeteksi di klinik.

"Menjadi hanya direkomendasikan bagi mereka dengan hipertensi derajat 1 (140 – 159/90 – 99 mm Hg),” terangnya.

Menurut Erwinanto, Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia pada pertemuan tahunan 19-20 Februari 2022 akan meluncurkan sebuah konsensus baru yang berhubungan dengan tatalaksana menggunakan ABPM.

Sebab, ABPM dinilai mulai banyak digunakan di Indonesia dan bisa menggambarkan dinamika pola tekanan darah pagi dan malam hari.

"Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia akan terus menerbitkan konsensus tatalaksana hipertensi untuk meningkatkan pengetahuan dan pelayanan hipertensi di Indonesia,” tandas Erwinanto. (mcr9/fat/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler