jpnn.com, SLEMAN - Ratusan pengungsi Gunung Merapi yang merupakan kelompok rentan mulai memasuki barak pengungsian Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Sabtu (7/11).
Data sementara para pengungsi terdiri dari 95 orang usia lanjut usia, sembilan difabel dan 30 anak dan balita.
BACA JUGA: Pak Doni Dorong Daerah Siap Siaga Antisipasi Bencana Alam dan Covid-19
Sementara para warga kelompok non-rentan diminta bersiaga. Terlebih jika status Gunung Merapi naik menjadi awas.
Saat ini kondisi seluruh warga sekitar lereng Merapi yang masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) wajib mengungsi.
BACA JUGA: Letusan Gunung Merapi Diprediksi Tak Sedahsyat 2010, Tetapi Melebihi 2006
“Sudah kami buatkan sekat atau bilik kecil untuk satu orang, tetapi kalau statusnya suami istri atau keluarga bisa lebih dari satu orang. Kelompok rentan terdiri dari ibu hamil, ibu beserta balita, kami evakuasi ungsikan di belakang balai desa Glagaharjo,” kata Bupati Sleman Sri Purnomo ditemui Radar Jogja di Barak Pengungsian Glagaharjo.
Pemasangan sekat bilik memiliki alasan tersendiri. Berupa penerapan protokol kesehatan Covid-19. Implementasi dari jaga jarak atau sosial distancing selama di barak pengungsian.
BACA JUGA: Satgas Covid-19 Dorong Pemda Mengevaluasi Laboratorium
SP, sapaannya, memastikan tak ada rapid diagnostic test bagi para pengungsi. Ini karena wilayah Kalurahan Glagaharjo masuk dalam zona hijau.
Artinya penularan atau sebaran Covid-19 di wilayah ini masih sangat rendah.
“Ini social distancing dengan pengungsian di era Covid-19. Di samping aman dari Merapi juga aman dari Covid-19. Lalu memang tidak ada rapid, tetapi kalau tamu atau sukarelawan wajib periksa kesehatan dan jalankan prokesnya,” tegasnya.
Terkait fasilitas barak, SP memastikan tetap ada penataan. Terutama untuk melengkapi fasilitas yang ada.
Baik untuk kebutuhan personal maupun komunal. Termasuk di antaranya kebutuhan beribadah.
“Untuk konsumsi sudah disiapkan dapur umum eh Tagana dibantu TNI dan Polri. Pasti kami lengkapi fasilitasnya,” katanya.
Kepala Pelaksana BPBD Sleman Joko Supriyanto menuturkan, ada total 120 partisi.
Terbagi masing-masing 80 partisi dan 40 partisi dalam gedung yang berbeda. Pembagian ruangan berdasarkan kategori lanjut usia dan anak-anak dan ibu hamil.
Tak hanya itu, pihaknya juga tengah menyiapkan kandang ternak. Fungsinya untuk menampung ternak milik warga.
Khususnya yang berasal dari dusun Kalitengah Lor. Tercatat setidaknya ada 300 ekor sapi yang dimiliki oleh warga.
Khusus untuk ternak, dievakuasi sejak Minggu (8/11) pagi. Pihaknya masih melakukan pendataan secara detil.
Tujuannya mendapatkan jumlah pasti hewan ternak yang dimiliki warga.
“Pengungsi lereng Merapi sisi Sleman hanya ada di Kalitengah Lor. Kalau mengungsi semua ada 500-an orang. Nanti ada barak di Gayam Argomulyo juga. Kalau untuk ternak di lapangan sebelah timur barak Glagaharjo,” ujarnya.
Terkait keluhan warga, Joko tak bisa berbuat banyak. Ini karena tanggung jawab pakan merupakan tanggungjawab pemilik. Walau begitu, permasalahan tersebut akan dikonsultasikan ke instansi terkait.
“Untuk pakan pemilik ternak mencari sendiri. Namun, kami juga koordinasi dengan dinas pertanian untuk mengatur dalam arti baik sarana prasarana itu entah limbah termasuk kebutuhan rumput (pakan) apakah perlu ke atas,” katanya.
Dalam kesempatan ini Joko meminta para relawan tidak asal naik. Walau niatnya baik tetap wajib melakukan pendataan. Berupa pendaftaran di posko relawan Pakem. Langkah antisipasi ini sebagai wujud prokes Covid-19.
“Relawan kan dari luar saya takut malah jadi pandemi. Optimalkan relawan yang ada dj Glagaharjo. Kalau tetap mau naik lapor dulu ke Posko Pakem. Jangan sampai numpuk di sini (barak pengungsian),” tegasnya. (dwi/ila)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Adek