jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Andalas Asrinaldi menyatakan alasan polarisasi yang digunakan oleh komunitas Jok-Pro 2024 sebatas ketakutan yang dibuat-buat.
Asrinaldi menilai masyarakat Indonesia ke depannya mungkin akan lebih bijaksana dalam memilih calon presiden, belajar dari pengalaman Pilpres 2019.
BACA JUGA: Muncul Jok-Pro 2024, Rocky Gerung Langsung Bereaksi
"Ketakutan tentang polarisasi itu hanya dibuat-buat. Saya fikir polarisasi itu tidak akan sekental sekarang, karena sebelumnya memang ada politisasi agama dan politik identitas. Ke depan masyarakat mungkin akan lebih bijaksana untuk memilih calon nya," kata Asrinaldi saat dihubungi JPNN.com, Selasa (22/6).
Pria yang akrab disapa Al itu menyebut langkah untuk mencegah polarisasi itu ialah mengubah ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold.
BACA JUGA: Inilah Alasan Komunitas Jok-Pro 2024 Ingin Jokowi jadi Presiden 3 Periode
Dia menjelaskan hal ini perlu dilakukan agar masyarakat memiliki alternatif pilihan calon presiden 2024.
"Upaya mencegah polarisasi ini bisa dilakukan dengan cara membuka ruang kepada calon-calon lain," lanjutnya.
BACA JUGA: Qodari Mengeklaim Gagasan Jok-Pro 2024 dari Rakyat Indonesia
Asrinaldi berkeyakinan pada pemilihan presiden tahun 2024 akan muncul lebih dari dua pasang calon. Dia beralasan lantaran tidak ada petahana yang ikut dalam kontestasi tersebut.
"Nama meraka (capres, red) tidak ada yang menonjol semua rata-rata sama kuat dan insyaallah tiga pasang akan terjadi kalau memang bisa bertahan hingga 2024," jelas Asrinaldi.(mcr8/jpnn)
Redaktur & Reporter : Kenny Kurnia Putra