Cegah Stunting di Banyuwangi, Muslimat NU Gencarkan Edukasi Gizi

Minggu, 06 Maret 2022 – 22:07 WIB
Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Soefihara mengatakan PP Muslimat NU akan terus menyampaikan edukasi mengenai gizi kepada masyarakat terutama kader-kader NU. Foto: Dok PP Muslimat NU

jpnn.com, BANYUWANGI - Gizi buruk dan stunting hingga kini masih menjadi persoalan bagi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Hal itu terlihat dari data Dinas Kesehatan Banyuwangi yang mencatat prevalensi stunting dalam 2 tahun terakhir mengalami peningkatan.

BACA JUGA: Sejumlah Pejabat Polres Ogan Ilir Dimutasi, Termasuk AKP Shisca Agustina, Ada Apa?

Jika pada 2019 kasus stunting sekitar 8,1 persen atau sebanyak 7.527 anak, maka di tahun 2020 naik 0,1 persen menjadi 8,2 persen atau 7.909 anak yang berusia kurang dari lima tahun.

Kasus-kasus stunting dan gizi buruk tersebut tersebar di 25 kecamatan se Banyuwangi.
 
Melanjutkan edukasi gizi dan sosialisasi penggunaan produk susu kental manis, Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama PP Muslimat NU melanjutkan edukasi langsung dengan kader dan masyarakat, yang sebelumnya juga telah dilakukan di 8 provinsi di Indonesia.

BACA JUGA: YAICI Edukasi 10 Ribu Masyarakat Indonesia Tentang Gizi

Kegiatan sosialisasi yang dilakukan di Banyuwangi pada Sabtu (5/3) lalu dihadiri oleh Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Soefihara, Ketua Harian YAICI Arif Hidayat dan Ahli Gizi Anik Fitri Andriyani, Amd.
 
Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Soefihara mengatakan PP Muslimat NU akan terus menyampaikan edukasi mengenai gizi kepada masyarakat terutama kader-kader NU.

Sebab, pemahaman mengenai gizi berkaitan langsung dengan Kesehatan anak dalam keluarga.
 
“Mengenai stunting, yang pertama kali terganggu itu aalah otak anak. Begitu anak lahir, otak anak Tidak berkembang sebagaimana mestinya, ini adalah akibat ketidaktahuan ibu,” jelas Erna Yulia Soefihara, kata Erna Yulia Soefihara.
 
Erna juga menegaskan untuk membatasi konsumsi gula harian. Sebab, gula adalah media yang paling disenangi sel-sel kanker.

BACA JUGA: Tiga Hari Tidak Pulang ke Rumah, Zulkifli Ditemukan Tewas Mengenaskan di Kebun Sawit

“Konsumsi makanan minuman tinggi gula sebaiknya dihindari. Penderita kanker sebaiknya membatasi konsumsi gula, apalagi susu kental manis, ini sangat disukai sel-sel kanker untuk tumbuh,” pungkas Erna.
 
Ahli Gizi Anik Fitri Andriyani Amd meminta masyarakat untuk mengatur pola makan keluarga dengan memperhatikan konsep isi piringku.

Anik Fitri menjelaskan bahwa kebutuhan asupan makanan antara anak-anak dan orang dewasa berbeda.

Untuk anak-anak, terutama bayi yang harus diperhatikan adalah kebutuhan proteinnya.

Protein penting untuk perkembangan otak. Oleh karena itu pemilihan susu yang dikonsumsi anak ini penting.

“Anak harus mengonsumsi susu untuk anak,” jelas Anik.
 
Ketua Harian YAICI Arif Hidayat dalam kesempatan itu menjelaskan edukasi yang telah dilakukan YAICI bersama PP Muslimat NU.
 
Dia mengatakan persoalan-persoalan yang kami temukan di lapangan itu beragam. Ada yang orang tua memang tidak tahu mengenai kandungan susu kental manis, atau bahkan ada yang sudah tahu, tetapi masih memberikan susu kental manis untuk anaknya.

“Alasannya juga macam-macam, ada yang karena lebih murah atau anaknya lebih suka,” jelas Arif.
 
Arif menambahkan, dalam kunjungan YAICI ke desa adat Kemiren di Banyuwangi, YAICI melakukan penggalian kebiasaan konsumsi susu kental manis oleh masyarakat.

“Pada saat kami bertemu anak-anak yang sedang bermain, semua anak-anak mengaku suka mengonsumsi sebagai minuman, jadi orang tuanya bilang enggak mengonsumsi, tetapi anak-anak mengaku sebaliknya,” beber Arif.
 
PP Muslimat NU dan YAICI berkomitmen akan terus melaksanakan edukasi tentang gizi dan cara yang tepat mengkonsumsi kental manis.

“Kami tidak bisa hanya menunggu pemerintah dan produsen yang melakukan sosialisasi. Saat ini kami didukung oleh mitra seperti PP Muslimat NU, maka kami akan lanjutkan edukasi kepada masyarakat,” pungkas Arif Hidayat.(dkk/jpnn)


Redaktur : Budi
Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler