Cendikiawan Muhammadiyah: Pemimpin Dikenal dengan Gagasannya, Bukan Kemewahannya

Senin, 02 Mei 2022 – 00:09 WIB
Sukidi dalam serial Inspirasi Ramadan bertajuk "Menghormati Jasa Pendiri Bangsa dalam Perspektif Islam" yang ditayangkan di akun BKN PDI Perjuangan di YouTube, Minggu (1/5). Foto: Antara/BKN PDIP

jpnn.com, JAKARTA - Cendekiawan Muslim Muhammadiyah Dr. Sukidi menilai pemimpin itu besar karena gagasannya, bukan kemewahannya. Oleh karena itu, dia mengajak para pejabat negara harus belajar dari pendiri bangsa, yakni hidup sederhana dan memiliki gagasan yang luar biasa.

"Jiwa sederhana yang dimiliki para pendiri bangsa merupakan jalan yang dipilih untuk menjiwai penderitaan rakyatnya," kata Sukidi dalam serial Inspirasi Ramadan bertajuk "Menghormati Jasa Pendiri Bangsa dalam Perspektif Islam" yang ditayangkan di akun BKN PDI Perjuangan di YouTube, Minggu (1/5).

BACA JUGA: Ulama NU Ini Sebut Budaya Sajen Tak Ada Masalah dalam Islam, Lalu Bandingkan dengan Arab

Sukidi menilai para pendiri bangsa memiliki kesederhanaan yang luar biasa di balik gagasan dan pemikiran mereka yang besar.

"Bahkan Bung Karno pernah bilang, akulah satu-satunya presiden yang tidak memiliki rumah. Bukan hanya Bung Karno, Agus Salim salah satu tokoh besar yang hidupnya melarat. Hidupnya selalu berpindah dari kontrakan ke kontrakan lainnya, walaupun sebenarnya Agus Salim kalau mau hidup lebih dari cukup itu bisa. Hal itu karena, ia menjiwai jalan memimpin adalah jalan penderitaan," katanya.

BACA JUGA: Mengapa Lailatulqadar Dinantikan? Ulama Ini Ulas Alasannya

Menurut dia, penjiwaan jabatan dan kekuasaan itu adalah jalan pengabdian untuk kesejahteraan rakyat.

"Bung Karno pernah mengatakan, saya tidak ingin mengambil apa pun dari rakyat saya. Yang ingin saya lakukan adalah memberi untuk rakyat dan negara saya. Ini adalah arti penting bahwa Bung Karno memaknai kekuasaan dan jabatan sebagai suatu pengabdian yang berorientasi segalanya untuk rakyat. Seharusnya hal ini dicontoh pejabat negara saat ini," tegas Sukidi.

BACA JUGA: Demi Pendidikan Indonesia, Ulama Kondang Ini Rela Tinggalkan Posisi Penting di Mekkah, Siapa Dia?

Dia menambahkan para tokoh dan pendiri bangsa selalu dikenang karena jalan penderitaan yang dipilih untuk mendarmabaktikan dirinya demi kepentingan negara. Para pendiri bangsa dikenang karena gagasan-gagasan mereka yang diwariskan pada bangsa ini.

"Kenapa tokoh bangsa dapat selalu kita kenang? Bukan karena hartanya, melainkan karena gagasan yang mereka tanamkan untuk berdirinya bangsa ini. Bung Karno penggali Pancasila, Agus Salim adalah orang yang memberikan pembelaan terhadap pembebasan, Bung Hatta dengan kesederhanaan hidupnya," jelas dia.

Dari tiga bapak pendiri bangsa itu, kata dia, seharusnya semua anak bangsa dapat mengambil contoh. Bukan dari kemewahan yang mereka miliki, tetapi kita dapat mengenang beliau sebagai figur teladan morel," ujarnya.

Dia lalu mengutip pernyataan J.F Kennedy, yakni jangan pikirkan apa yang engkau dapat dari negara melainkan selalu berpikir apa yang bisa berikan kepada bangsa.

"Kata-kata dari J.F. Kennedy ini memiliki makna yang sangat mendalam. Menuntut rakyat Indonesia untuk berkontribusi kepada negara agar Indonesia bisa menjadi negara yang maju, umat yang maju, dan warga negara yang maju," ucap Sukidi. (antara/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saking Cintanya dengan Tanah Air, Ulama Bertaraf Internasional Ini Sampai Rela Berjihad


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler