jpnn.com, JAKARTA - Syekh Nawawi Banten merupakan seorang tokoh ulama yang mengajarkan kepada umat Islam pentingnya belajar agama dengan sanad keilmuan yang jelas. Syekh Nawawi juga memberikan contoh sebagai muslim untuk mencintai tanah air sekaligus agama.
Hal tersebut disampaikan Cendikiawan NU KH. Ahmad Baso dalam serial “Inspirasi Ramadan 2022” bertajuk “Keteladanan Syekh Nawawi Banten” melalui akun BKN PDI Perjuangan di YouTube, Senin (25/4).
BACA JUGA: Buat Ulama Hobi Memaki Pemerintah, Simak Cara ala Muhammad SAW yang Dipopulerkan Guru Sekumpul
Menurut Baso, Syekh Nawawi Banten mengajarkan kepada muslim dengan pemahaman agama yang lebih dalam. Di mana kecintaan kepada agama pastinya akan meningkatkan kepedulian kepada tanah airnya sebagai identitas. Sebab, tanah air bagian dari harga diri seseorang.
“Semakin tinggi kecintaan kita pada agama, mendorong juga kecintaan kita pada negeri dan bangsa ini, Hubbul Wathan Minal Iman. Banyak orang militansi agamanya tinggi tetapi justru ingin merusak negerinya sendiri. Syekh Nawawi Banten tidak pernah mengajarkan hal itu. Justru mengajarkan cintailah negerimu dulu, orang yang beragama pasti akan mencintai tanah airnya, karena itu bagian dari harga diri dan tempat lahir kita,” ujar Ahmad Baso.
BACA JUGA: Ulama di Sumsel Minta Sandiaga Uno Jadi Presiden 2024, Ini Alasannya
Baso juga menilai Imam Masjidil Haram itu sangat mencintai cinta tanah air dan pentingnya membela rakyat kecil dari penindasan kolonial. Hal itu ditunjukkan saat Syekh Nawawi Banten memberikan pesan kepada para haji yang pulang dari Mekkah untuk berjuang melawan penindasan atas eksploitasi tanah petani di Banten pada 1888.
“Saat itu konteks masalah beratnya pajak dan eksploitasi tanah yang menyulitkan para petani di Banten. Hal itu mengundang keprihatinan Syekh Nawawi. Perlu koreksi dan tunjukkan kekuatan kita, maka dari itu kita perlu jihad,” ujar Ahmad Baso.
BACA JUGA: Airlangga Hartarto, Doa Ulama, Komunitas Pemuda, dan Capres 2024
Ahmad Baso menjelaskan sebelumnya Imam Ulama Dua Kota Suci itu belajar dari Syekh Abdul Samad Al-Palimbani tentang pentingnya membela tanah air dengan berjihad dalam konteks melawan penindasan penjajah. Berangkat dari semangat itu, Syekh Nawawi menyimpulkan diperlukan perlawanan untuk mengusir kolonial Belanda.
“Sebelumnya Syekh Nawawi Banten belajar kepada ulama dari Palembang yang mengajar di Mekkah yakni Syekh Abdul Samad Al-Palimbani tentang pentingnya membela Nusantara dan mengusir penjajah dengan jihad. Beliau mengulangi fatwa itu,” lanjut Ahmad Baso.
Selain itu, Peneliti Islam Nusantara itu juga menegaskan mempelajari agama perlu guru yang sanad keilmuannya yang jelas. Menurut dia, tidak boleh belajar agama dengan sembarangan, dikhawatirkan akan salah menafsirkan ilmu.
“Belajar agama tidak punya gurunya itu berbahaya. Mendalami agama tidak sembarangan karena sumbernya tidak jelas, nanti mempermainkan agama bahkan bisa keliru dalam menafsirkan atau memahami agama. Apalagi kalau mengajarkannya kepada orang lain,” tutur Ahmad Baso. (tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Haul ke-69 KH Wahid Hasyim, Puan: Ulama Pemikir-Pejuang Sahabat Bung Karno
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga