CEO Pertamina International Shipping Beber Kunci Utama jadi Urat Nadi Virtual Energi

Rabu, 11 September 2024 – 20:11 WIB
CEO Pertamina International Shipping Yoki Firnandi turut hadir dalam High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnership 2024 di Bali, Selasa (3/9). Foto: Dokumentasi Humas Pertamina

jpnn.com, BALI - CEO Pertamina International Shipping (PIS) Yoki Firnandi membeberkan kunci utama dalam menjawab tantangan logistik di Indonesia.

Dia mengungkapkan logistik yang efektif dan efisien, koordinasi rantai pasokan, dan strategi mengatasi ketidakpastian eksternal disebut menjadi kunci utama PIS sebagai urat nadi virtual (virtual pipeline) dalam pengangkutan dan pengantaran energi di seluruh penjuru kepulauan.

BACA JUGA: Tutup Pertamina SMEXPO Bandung 2024, Pertamina Patra Niaga Regional JBB Raih Transaksi Ratusan Juta

Yoki menjelaskan hal tersebut dalam High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnership 2024 di Bali, Selasa (3/9).

Dia menyampaikan PIS bertanggung jawab atas mayoritas rantai suplai energi di seluruh Indonesia.

BACA JUGA: Pertamina Percepat Dukungan Perhutanan Sosial dengan 13 Perjanjian Kerja Sama Baru

"Setiap tahunnya kami berhasil mengantarkan lebih dari 160 miliar liter berbagai jenis energi dan melakukan lebih dari 20 ribu pengapalan energi ke seluruh pulau-pulau di Indonesia,” kata Yoki.

Yoki menjelaskan langkah pertama dalam menjawab tantangan tersebut adalah memiliki sistem logistik yang efisien dan efektif.

BACA JUGA: Pertamina Tandatangani 4 Perjanjian Kerja Sama Transisi Energi di IISF 2024

Langkah ini dicapai dengan memetakan dan mengawasi dengan ketat performa logistik perusahaan sehingga dapat terus meningkatkan kualitas pengiriman energi.

Hal kedua, lanjut Yoki, PIS memiliki mekanisme koordinasi yang cermat di internal yang memudahkan perusahaan berkoordinasi antara para pemangku kepentingan dan pelaku industri.

Koordinasi yang cermat ini mampu menyokong PIS dalam perencanaan, operasional, dan eksekusi masterplan.

Poin berikutnya adalah strategi menghadapi faktor-faktor ketidakpastian.

Seperti diketahui, perdagangan dan ekonomi dunia tidak melepaskan diri dari ancaman-ancaman eksternal.

Yoki mengatakan bencana alam, infrastruktur yang belum merata, kondisi geopolitik adalah variabel eksternal tak terduga yang perlu diantisipasi.

“Dalam mencapai ketiga hal tersebut, kami juga menempuhnya melalui pelatihan sumber daya manusia (SDM) dan penggunaan teknologi yang tepat. Terakhir, regulasi dan dukungan pemerintah membantu kami terus optimal dalam menjaga rantai pasokan energi di seluruh Indonesia,” papar Yoki.

Yoki menyampaikan sistem logistik yang andal disebut sebagai salah satu faktor terpenting dalam rantai perdagangan dan ekonomi dunia.

PIS yang memiliki visi sebagai salah satu pemain utama industri logistik maritim global berhasil menunjukkan kinerja yang prima untuk ikut menjaga ketahanan energi nasional.

Pada forum tersebut, Sekretaris Jenderal United Nations Trade and Development (UNCTAD) Rebeca Grynspan membuka sesi dengan menyampaikan pentingnya jaringan logistik yang andal di dunia yang semakin terhubung seperti saat ini.

Dia mengatakan beragam kejadian besar dunia seperti pandemi Covid-19, konflik geopolitik, dan bencana alam yang dipicu oleh perubahan iklim, merupakan tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh seluruh pemimpin dunia dan industri terkait.

Studi oleh UNCTAD menemukan negara-negara berkembang dengan bentang geografi kepulauan paling menderita akibat tantangan tersebut dengan rata-rata biaya logistik lebih tinggi 32-35 persen dari median global.

Kenaikan biaya logistik maritim mengakibatkan inflasi di negara berkembang 5 kali lebih besar di kelompok negara tersebut.

“Berdasarkan penelitian kami, biaya logistik maritim mengakibatkan inflasi lima kali lebih tinggi di negara-negara berkembang. Indonesia paham betul mengenai ini," terang Grynspan saat membuka forum ini.

Menurut Grynspan, dengan lebih dari 18 ribu pulau, banyak penduduk di Indonesia merasakan konsekuensi dari mahalnya harga barang-barang kebutuhan harian mereka.

"Kenyataan ini menekankan seberapa gentingnya kita untuk meningkatkan ketahanan, inklusivitas, dan keberlanjutan rantai pasokan kita di dunia,” ungkapnya.

Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan Pertamina sebagai BUMN akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dengan menyediakan energi yang cukup di seluruh Indonesia.

"Ketahanan energi nasional yang terjangkau di seluruh Indonesia menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar Fadjar.

Sesi di forum internasional yang digelar Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) ini tak hanya dihadiri oleh PIS dan UNCTAD.

Beberapa pakar dan praktisi dari lembaga dan perusahaan internasional, seperti Senior Ekonomi Bank Dunia Csilla Lakatos, Wakil Menteri Hubungan Internasional dan Kerja Sama Afrika Selatan Alvin Botes, Direktur Bank Pembangunan Islam Indonesia Amer Bukvic.

Selain itu hadir juga Asisten Kepala Eksekutif/Pejabat Risiko Utama Otoritas Maritim dan Pelabuhan Singapura Tan Hoe Soon, serta Sekretaris Negara Kementerian Perencanaan Kamboja Poch Bunnak yang turut memperkaya diskusi mengenai isu logistik dan perdagangan di negara-negara berkembang.

Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler