Cerita Dahlan Iskan Pergi Tahlilan Meninggalnya Tionghoa Kaya, Mualaf Berpengaruh di Surabaya

Minggu, 21 Agustus 2022 – 21:09 WIB
Dahlan iskan saat tahlilan meninggalnya Lim Xiao Ming (Herman Halim). Foto: Disway.id

jpnn.com - Dahlan Iskan menceritakan momen saat diundang tahlilan meninggalnya salah seorang tokoh Tionghoa kaya di Kota Surabaya, Jawa Timur pada Jumat (19/8).

"Tahlilan tujuh hari. Di sebuah masjid Surabaya. Yang meninggal Lim Xiao Ming," demikian tulisan Dahlan di kolom Disway edisi Minggu (21/8).

BACA JUGA: Irjen Ferdy Sambo Marah, Putri Menangis, Analisis Reza Ada Skandal Cinta Terlarang

Dahlan mengaku tidak cuma menjadi tamu di acara tahlilan itu, tetapi juga diminta merangkap jadi penerjemah.

"Setelah tahlilan memang ada acara sambutan tunggal: wakil keluarga almarhum. Yang tampil anak bungsunya: Lim Qing Hai," lanjut Dahlan.

BACA JUGA: Lim Xiao Ming

Menurut Dahlan, anak mendiang Lim Xiao Ming itu masih belum bisa berbahasa Indonesia dengan lancar. Dia ingin memberi sambutan dalam bahasa asing.

Lim Qing Hai yang bernama Indonesia Andrew Lim bisa berbahasa Inggris dan Arab. Sama fasihnya.

BACA JUGA: Irjen Panca Diminta Mengklarifikasi soal Namanya di Skema Kaisar Sambo & Konsorsium 303

"Saya pilih dia pakai bahasa Inggris saja. Saya malu padanya: bahasa Arab saya parah sekali," demikian tulisan Dahlan Iskan.

Dahlan menceritakan tahlilan itu diadakan di Masjid Cheng Ho Surabaya –masjid pertama di Indonesia dengan arsitektur Tiongkok.

Yang meninggal pun memang salah satu pengurus masjid Cheng Ho. Di masjid itu pula Lim Xiao Ming menyatakan diri menjadi mualaf. Nama Indonesianya: Herman Halim.

Seminggu sebelum Herman Halim meninggal, Dahlan ternyata masih makan siang bersamanya. Ramai-ramai bersama para tokoh Tionghoa dari perkumpulan Fuqing. Yakni, mereka yang punya leluhur di Kabupaten Fuqing, Provinsi Fujian.

Diceritakan pada hari itu perkumpulan pemuda/pemudi Fuqing dari seluruh Indonesia berkumpul di Surabaya.

Tokoh-tokoh seniornya pun ikut hadir, antara lain ada Alim Markus yang beken dengan sebuah iklan "Cintailah Produk-produk Indonesia".

BACA JUGA: Detik-Detik Wanita Tewas Diterkam Harimau Sumatra saat Menunggu Suaminya Mandi

Lalu, Wencin si raja emas, Mingky dari Ming Garden, pabrik baja, dan banyak lagi. Dahlan mengaku diminta jadi pembicara di forum itu.

Setelah itu, tokoh-tokoh tersebut meninggalkan forum untuk makan siang di sebuah restoran Tionghoa yang terkenal dengan menu pao yu-nya, Kapin.

"Saya tidak menyangka Herman Halim meninggal seminggu kemudian. Di Singapura," tulisan Dahlan.

Lim Xiao Ming atau Herman Halim meninggal dunia dalam usia 70 tahun setelah dirawat di Singapura.

Dia punya leluhur di Fuqing. Satu kampung dengan Alim Markus dan konglomerat terbesar Indonesia Liem Sioe Liong.

"Saya kenal lama dengan Herman Halim, puluhan tahun. Sejak kantor kami sama-sama di Jalan Kembang Jepun," ungkap Dahlan.

Dahlan menyebut Herman dahulu sering menjadi sumber pemberitaan bagi wartawan Surabaya, ketika mendiang menjabat ketua Persatuan Bank-bank Swasta Nasional Surabaya.

Herman juga menjadi ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya –sekarang menjadi Universitas Hayam Wuruk.

Ketika Alim Markus mendirikan Bank Maspion, Herman Halim diminta menjadi direktur utama bank itu. Sampai meninggalnya.

"Sebenarnya dia akan pensiun tahun ini. Bukan saja sudah berumur 70 tahun, tetapi juga karena bank itu sudah dijual. Dibeli bank swasta dari Thailand," tulisan Dahlan.

Konon, proses pembelian itu tidak mudah, tetapi akhirnya selesai pada bulan lalu. Alim Markus dapat untung banyak. Herman Halim pun bisa mengakhiri pengabdiannya dengan baik.

"Dan, ternyata dia juga mengakhiri hidupnya. Dengan husnulkhatimah –insyaallah," lanjut Dahlan.

Awalnya Dahlan sempat berpikir jenazah Herman Halim akan dikremasi di Singapura. Dia kan sampai menanyakan hal itu kepada putra sulung temannya itu.

"Tidak dikremasi," tulis Dahlan menirukan jawaban Lim Qing Hai lewat WA. "Akan dimakamkan secara Islam di pemakaman Islam Singapura," tambahnya.

Dahlan juga mendapat penjelasan bahwa Lim Qing Hai mengalami kesulitan soal pemakaman sang ayah.

Hal itu terjadi karena hanya warga Singapura yang boleh dikubur di sana. Atau pemegang permanent resident dan keluarga langsung mereka. Itu karena tanah begitu terbatas di negara tetangga Indonesia itu.

Akhirnya, jenazah Herman Halim dibawa ke Jakarta dan dimakamkan di ibu kota. Sementara, untuk teman-teman Surabaya bisa melayat ke rumah duka.

Masjid Cheng Ho telah ditetapkan sebagai rumah duka almarhum. Bambang Suyanto (Liu Min Yuan), pengusaha besar yang juga pendiri Masjid Cheng Ho sebagai tuan rumahnya.

Karangan bunga memenuhi kawasan masjid itu. Peziarah juga mengantre mengucapkan kata duka.

"Saya telat datang dari Samarinda. Saya baru bertemu Andrew saat tahlilan ketujuh hari Jumat malam kemarin," tulisan Dahlan. (disway/jpnn)


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi, M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler