Cerita dari Kampung Sekitar Istana Cipanas

Senin, 06 Mei 2019 – 05:31 WIB
Istana Cipanas. Foto: diambil dari kebudayaan.kemdikbud.go.id

jpnn.com, CIANJUR - Megahnya Istana Kepresidenan di Cipanas, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur tidak berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi dan sosial hampir seluruh warga yang tinggal di sekitar istana.

Hampir rata-rata masyarakat yang berada di Kampung Sindangsari, Desa Cipanas itu memiliki kehidupan yang beragam. Seperti halnya Dede. Lelaki yang umurnya hampir menyentuh angka setengah abad itu mengakui kehidupannya dibilang cukup. Pemasukannya per hari pun didapat dari berjualan makanan ringan, untuk menafkahi istrinya dan anakanaknya.

BACA JUGA: Istana Yakin Peserta Ijtimak Ulama III Bakal Menerima Hasil Pemilu

”Tidak ada pengaruh sama sekali hidup di dekat istana negara ini. Ada yang berkecukupan, ada juga yang sangat sederhana. Hanya yang pasti, hampir semua warga Kampung Sindangsari ini menempati tanah milik negara,” ungkapnya kepada Radar Cianjur, Jumat (3/5) lalu.

Menurut warga yang sudah hampir sepuluh tahun hidup di dekat istana itu mengaku, warga di kampungnya rata-rata memiliki kendaraan bermotor. Minimal sebuah motor untuk aktivitas sehari-hari. Sementara dari segi politik saat Pemilu 2019 kemarin semisal, warga disini (Istana Cipanas, red) tidak berpengaruh.

BACA JUGA: Tukang Nasi Goreng di Cianjur Dibacok dan Disiram Air Panas

”Artinya, jika orang lain berpandangan hidup di dekat istana negara itu berbeda dengan warga lain, atau bahkan menyangkanya enak, itu salah. Saat pemilu, warga di sini cukup banyak yang golput, tidak percaya dengan pemerintah yang ada,” jelasnya.


Kehidupan Kampung Sindangsari, Desa Cipanas. Foto: dari Radar Cianjur

BACA JUGA: Massa Aksi May Day Tetap Tak Diperbolehkan Mendekati Istana Negara

Sementara untuk kehidupan bersosial, ia membeberkan, hidup di dekat istana itu acuh tak acuh. Kebanyakan warga hidup dengan pilihan masing-masing, tidak menghiraukan dengan adanya istana negara.

Lebih lanjut ia mengatakan, hampir 80 persen warga, hidup dengan berjualan di pasar. Sisanya bekerja swasta, guru atau pegawai.

Dede juga mengaku, seluruh warga siap jika suatu saat terpaksa angkat kaki dari rumah yang sudah puluhan tahun ditinggali karena dipakai atau diambil kembali oleh negara.

”Di sini juga cukup banyak kontrakan. Dan si pemilik kontrakan juga mungkin sudah siap dengan risikonya. Karena kalau (lahan) suatu saat diminta oleh negara, iya apa boleh buat,” ungkapnya.

Hal senada juga diungkapkan Irfan Aziz (38), warga Kampung Sindangsari, bahwa memang di kampung dekat istana, tidak ada bedanya dengan kehidupan di kampung wilayah lain. Bahkan menurutnya, untuk urusan pilihan politik saja, tidak akan bisa diarah-arahkan.

”Jadi kalau di sini itu punya keyakinan (pilihan politik) masing-masing, Walaupun dekat dengan istana presiden, enggak pengaruh,” tuturnya. (dan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gubernur Murad Ungkap Empat Masalah Besar di Maluku


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler