Cerita di Balik Foto, Perasaan Bripka Totok Samtono Tidak Karuan

Jumat, 25 Juni 2021 – 11:04 WIB
Tim Pemakaman Satgas Penanganan Covid-19 Wonogiri menyeberangi sungai di Desa Mojopuro, Kecamatan Jatiroto, Wonogiri, Rabu (23/6). Foto: diambil dan sudah tayang di Radar Solo

jpnn.com, WONOGIRI - Tim pemakaman Satgas Penanganan Covid-19 Wonogiri harus menerjang arus sungai demi menjalankan tugas memakamkan jenazah pasien Covid-19 di Desa Mojopuro, Kecamatan Jatiroto, Rabu (23/6) lalu.

Sebanyak 12 orang mengenakan alat pelindung diri (APD) komplet, ada yang berwarna putih, ada berkelir merah.

BACA JUGA: Kematian Akibat Covid-19 Mengalami Kenaikan, Pemprov DKI Siapkan Truk untuk Angkut Jenazah

Enam orang menggotong jenazah di dalam peti. Bambu panjang yang sudah ditali kencang dengan peti terpikul di pundak mereka. Satu orang lagi membawa alat penyemprot disinfektan tepat di belakangnya dan satu sisanya mendokumentasikan kegiatan.

Petugas yang berpakaian berwarna merah membawa sejumlah uba rampe. Ada yang membawa payung jenazah dan lainnya. Semuanya menerabas sungai dengan kedalaman nyaris selutut orang dewasa.

BACA JUGA: Heboh Kabar Jenazah COVID-19 Diangkut Truk, Wagub DKI Jakarta Bilang…

Arusnya memang sedang tak kencang, tetapi licin. Buktinya, belum sampai 50 meter mentas dari sungai, salah satu pembawa peti terpeleset saat melewati area perkebunan. Dengan sigap, orang itu kembali berdiri.

“Teman-teman berjalan kaki sekitar satu kilometer. Mobil ambulans tidak bisa masuk lebih jauh lagi,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri Bambang Haryanto, Kamis (24/6).

BACA JUGA: 2 Syarat Penting untuk Menekan COVID-19!

Menurut dia, anggota tim pemakaman sudah terbiasa berjalan kaki membawa jenazah. Jarak satu kilometer bukanlah kendala.

Masih mending pemakaman itu dilakukan tengah hari saat sedang terang-terangnya. “Pernah juga malam-malam. Penerangan ya pakai alat seadanya,” kata dia.

Salah satu anggota tim pemakaman yang menjalankan tugasnya di Desa Mojopuro Rabu lalu adalah Bripka Totok Samtono.

Setelah mendapatkan kabar, Totok langsung membentuk tim. Anggotanya delapan orang dari unsur TNI/Polri, BPBD, PMI dan unsur sukarelawan lain.

“Kami yang pakai hazmat putih. Kalau yang pakai hazmat merah itu anggota keluarga dan tim jogo tonggo desa,” katanya.

Rute pemakaman menerabas sungai sepanjang 30 meter dan melewati perkebunan serta persawahan.

Tidak ada jalur lain selain lewat sungai. Beruntung tidak ada kendala berarti dalam pemakaman itu. Pemakaman selesai sekitar pukul 12.25.

“Dari beberapa kali tugas, baru kali ini saya menerabas sungai sambil memanggul keranda jenazah,” ujarnya.

Namun, pemakaman di Mojopuro lalu bukanlah yang paling berat bagi Totok.

Dia masih ingat betul pada Ramadan lalu saat bertugas. Bukan masalah menahan lapar dan haus yang berat baginya.

Namun, melihat ada pasangan pengantin yang menikah di depan jenazah ibunya sebelum dikuburkan dengan protokol kesehatan.

“Perasaan saya tidak karuan saat itu,” tutur Totok. (iwanadiluhung/*/radarsolo)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler