jpnn.com, WONOSOBO - Mendaki gunung kini menjadi salah satu alternatif healing atau penyembuhan diri dari hiruk pikuk di kota metropolitan.
Gunung yang terjaga keasrian dan kebersihannya tentu menjadi poin yang diidamkan seluruh pendaki.
BACA JUGA: 100 Pendaki Perempuan Berkebaya di Puncak Gunung Kembang, Rayakan Hari Kartini
Namun, tidak sedikit kondisi pendakian gunung di Indonesia rusak karena kurangnya kesadaran pengelola serta pendaki dalam menjaga kealamian lingkungan.
Melihat realita tersebut, Iwan selaku pengelola basecamp Gunung Kembang via Blembem berupaya konsisten untuk mempertahankan kealamian gunung yang dijaganya.
BACA JUGA: Gunung Ile Lewotolok Masih Aktif, Masyarakat Mohon Tetap Waspada
Pria berpenampilan nyentrik tersebut memberlakukan sejumlah aturan ketat yang wajib dilakukan seluruh pendaki sebelum menaiki Gunung Kembang via Blembem.
Tampak di sekitar basecamp tertulis barang apa saja yang dilarang dibawa ke atas gunung hingga aturan tentang sampah.
BACA JUGA: Pendaki Perempuan Indonesia Kibarkan Bendera Merah Putih di Puncak Aconcagua
Iwan bahkan menetapkan denda senilai Rp 1.025.000 untuk satu sampah yang hilang atau ketinggalan di gunung.
"Sebelum naik, kami hitung dahulu berapa barang kemasan atau makanan yang akan dibawa naik. Nah, jumlah barang dan sampah yang dibawa turun harus sama," kata Iwan saat ditemui di Wonosobo, Jawa Tengah, baru-baru ini.
Di balik upayanya menjaga kebersihan Gunung Kembang, ada cerita lain yang menghangatkan.
Sampah yang dibawa turun oleh para pendaki ini rupanya dikirim Iwan ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) untuk diambil para pemulung sekitar.
Sampah yang yang terkumpul hingga ton-an dalam sekali angkut tersebut membawa berkah bagi para pemulung di sekitar TPS.
Iwan menyebut banyak doa yang terlafalkan dari para pemulung tersebut untuk keberlangsungan basecamp dan para pendaki.
Dia meyakini doa orang-orang yang terbantu itu yang membuat basecamp-nya masih beroperasi hingga kini.
"Meskipun yang datang ke Gunung Kembang tidak sebanyak gunung lainnya, kami masih beroperasi. Kalau menghitung kalkulator manusia, mungkin tidak mungkin, hanya 200-300 pendaki sebulan bisa menghidupi saya dan tim, tetapi ada banyak doa dari banyak orang ini mungkin," tuturnya.
"Jadi, terima kasih untuk pendaki yang sudah membawa turun sampahnya, berkah untuk banyak orang," imbuh Iwan.
Tidak hanya soal kebersihan, kondisi kesehatan serta kelengkapan alat mendaki juga menjadi salah satu fokus Iwan.
Para pendaki yang akan naik wajib menimbang badan, memeriksa tekanan darah, dan jantung serta memberitahu riwayat penyakit yang diderita.
Dia menegaskan pendaki yang tidak lolos cek kesehatan di basecamp-nya, tidak akan mendapat izin naik.
Hal sama juga diberlakukan ketika pendaki tidak memiliki kelengkapan peralatan pendakian.
Pendaki harus melengkapi semua peralatan pendakian demi keselamatan diri.
"Sering, kan, ada yang datang sarungan aja, bilang mau naik. Saya suruh pulang lagi dan kembali lain kali. Enggak apa benci saya, yang penting saya bisa menyelamatkan nyawa anda," tuturnya.
Tidak mudah bagi Iwan dan tim saat pertama kali harus menerapkan aturan ketat di basecamp-nya sebelum naik Gunung Kembang.
Tak sedikit dari para pendaki takut mendaki Gunung Kembang via Blembem karena aturan ketat yang tertera di basecamp.
Dia bahkan harus kehilangan 50 persen pendaki, yang tentunya hal tersebut berpengaruh pada pendapatan.
Namun, dia menyadari perlu ada perubahan dalam dunia pendakian Indonesia agar alam tetap terjaga.
Mengedukasi pendaki akan pentingnya keselamatan diri serta menjaga lingkungan.
Dengan begitu, para pendaki bisa menerapkan kebiasaan baik di gunung mana pun.
"Di sini kami bekali, dan biar mereka menjadi pioner untuk mengingatkan teman-temannya saat naik gunung lain," imbuhnya.
Berkat konsistensinya, Gunung Kembang via Blembem dinobatkan sebagai gunung terbersih di Indonesia dan menjadi basecamp percontohan. (mcr31/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 13 Pendaki yang Tersesat di Gunung Pangrango Akhirnya Ditemukan
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Romaida Uswatun Hasanah