Cerita di Balik Pemugaran Sekolah Kolese Kanisius

Rabu, 01 Maret 2023 – 02:36 WIB
Sekolah Kolese Kanisius di Menteng, Jakarta Pusat. Foto: Dok. Nano Star

jpnn.com, JAKARTA - Sekolah Kolese Kanisius mengalami pemugaran karena termasuk salah satu bangunan tua tinggalan Cagar Budaya ataupun Objek Diduga Cagar Budaya.

Proses di balik pemugaran tersebut ternyata mempunyai cerita yang menarik.

BACA JUGA: Daya Tarik Gedung Sarinah Setelah Revitalisasi

Yayasan Kanisus yang terletak di Menteng kawasan elite Jakarta didirikan oleh Fransiskus Van Lith, SJ pada (1918).

Pada masa itu, Yayasan Kanisius masih menjadi milik Vikariat Apostolik Batavia.

BACA JUGA: Soal Larangan Delman di Monas, Para Kusir Bisa Sedikit Bernapas Lega

Selanjutnya pada 2022, yayasan tersebut mendirikan gedung Auditorium Tengah, melalui Arch. Dipl. Ing. Cosmas Damianus Gozali selaku arsitek terkenal Indonesia lulusan Austria.

Dia menggandeng kontraktor ternama yang juga ditunjuk untuk proses pemugaran Sekolah Kanisius.

BACA JUGA: Turunkan Kolesterol Tinggi dengan 5 Minuman Sehat dan Bergizi Ini

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana mengatakan pihaknya senantiasa mendorong kesadaran pemilik bangunan untuk tetap mengedepankan kaidah pelestarian dalam melakukan rencana pembangunan.

"Kami sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan Sekolah Kanisius untuk tetap mengedepankan prinsip pelestarian dalam rencana pembangunannya," kata Iwan Henry Wardhana dalam keterangan, Selasa (28/2).

Bangunan Sekolah Kolese Kanisius mempunyai atap yang tinggi dengan bentuk elemen jendela dan roster yang geometris.

Pada bagian pintu dan jendela bangunan tersebut terdapat material kayu yang berfungsi sebagai stopper.

Dalam memperbaiki bangunan tua, originalitas bangunan dijaga semaksimal mungkin agar tidak berubah.

Dalam prosesnya kerap timbul kerusakan seperti atap bocor atau jendela yang rembes, dan kelembaban bangunan tua tersebut.

Oleh sebab itu, diperlukan penanganan waterproofing khusus untuk menjaga kondisi dinding dan perbaikannya harus dikerjakan dengan baik tanpa merusak bangunan.

Salah satu teknologi waterproofing termutakhir yang digunakan yaitu Nano Star yang telah menjadi brand pertama di Indonesia yang menghadirkan waterproofing dengan Teknologi Nano.

Produk tersebut lebih ramah lingkungan karena tanpa menggunakan bahan kimia.

Selain itu, Nano Star memberikan perlindungan yang dapat bertahan selama 10 tahun, bahkan terhadap UV sampai 400 derajat termasuk curah hujan yang tinggi seperti Indonesia.

Waterproofing dengan teknologi nano tersebut sudah diproduksi di Indonesia oleh PT Anugerah Magna Nanoteknologi yang merupakan anak perusahaan Triputra Group.

Teknologi tersebut memanfaatkan partikel-partikel yang sangat kecil dalam satuan nano.

Partikel nano akan penetrasi ke dalam substrat beton membentuk jaringan seperti jaring laba-laba di bawah substrat.

Fungsinya, selain untuk menahan air agar tidak memasuki celah-celah beton atau semen pada saat hujan, juga untuk mengeluarkan udara panas pada proses pemuaian beton.

Presiden Direktur PT Anugerah Magna Nanoteknologi, Hery Chrisnantyo mengatakan pihaknya mendukung program pemerintah khususnya untuk teknologi perlindungan material bangunan peninggalan bersejarah dan area cagar budaya.

"Harus kita sama-sama jaga, kami siap menyuguhkan produk untuk kebutuhan masyarakat guna memberikan perlindungan kepada material bangunan melalui produk teknologi Nano Star yang berfungsi untuk menjaga struktur bangunan agar selalu tampak kokoh dan fresh," tutupnya. (ded/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler