Cerita Dokter yang Merawat Pasien Corona: Kami Melihat Hal-Hal Mengerikan Akhir-akhir Ini

Kamis, 16 April 2020 – 06:06 WIB
Seorang staf medis dengan pakaian pelindung terlihat di depan seorang pasien corona di di rumah sakit San Raffaele, Milan, Italia. Foto: ReutersFlavio Loscalzo/pri/Antara

jpnn.com, ITALIA - Michele Zasa, seorang dokter yang biasa ditugaskan bersama tim MotoGP menceritakan pengalamannya membantu penanganan kasus terkait COVID-19 di kampung halamannya di Italia.

Pandemi virus corona telah memaksa MotoGP menunda musim balapan 2020 sedangkan Italia sendiri menempati peringkat tiga negara dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak setelah Amerika Serikat dan Spanyol.

BACA JUGA: Ganjar: Kepada Perawat, Dokter, dan Tenaga Medis Saya Mengharap Maaf dari Anda Semua

"Saat ini saya di Italia. Saya ditempatkan di Italia di luar paddock dan balapan," kata Zasa lewat video conference di laman resmi MotoGP.

Zasa sehari-hari menjalani profesi dokter di Italia ketika tidak sedang ikut rombongan MotoGP keliling dunia.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Aduh Pak Luhut, Dokter dan Perawat Harus Dapat Santunan, Ada Gerakan 18 April?

Sejak akhir Februari lalu, Zasa yang spesialisasinya di bidang anastesiologi dan perawatan intenfis telah membantu penanganan kasus COVID-19 di Italia yang hingga kini sedikitnya tercatat 159.000 orang terinfeksi, dan 20.000 di antaranya meninggal dunia.

"Pada dasarnya kami ditugaskan dengan mobil reaksi cepat untuk sebagian besar kasus yang paling serius, bisa apa saja. Tapi 95-99 kasus di beberapa bulan terakhir ini sebagian besar berkaitan dengan COVID-19," kata Zasa.

BACA JUGA: PDP Meninggal di Usia Muda, Baru Pulang dari Yogyakarta

"Di tahap sekarang ini, sebagian dari tim saya bekerja untuk keadaan darurat ini. Ada 10 dokter yang bertugas di bangsal COVID-19, bangsal khusus yang diciptakan untuk merawat pasien dengan COVID-19. Kami juga punya tiga teknisi radiologi," tuturnya.

Setelah sekira satu setengah bulan berada di garda terdepan, Zasa kiranya merasa ada secercah harapan.

"Dalam lima hari terakhir, situasinya sedikit lebih baik. Kami memiliki lebih sedikit kasus dan semoga dalam beberapa pekan akan sama di negara-negara lain, jadi saya melihat ada secercah harapan untuk masa depan," kata dia.

Tapi di saat yang sama, masalah yang terjadi di Italia dan juga negara-negara lain, adalah banyaknya orang yang tidak memahami situasi krisis kesehatan global tersebut.

Ketika awal merebaknya kasus COVID-19 di Italia, tak jarang sejumlah wali kota turun langsung ke jalan untuk memperingatkan warganya yang masih berkeliaran di tempat umum untuk pulang ke rumah.

"Itu adalah cara termudah untuk menularkan virus ke orang-orang sekitar," kata Zasa soal warga yang belum patuh terhadap penerapan aturan pembatasan.

"Kami tak memiliki cukup ruang perawatan intensif, dan kami tak ingin ruang itu penuh karena pertarungan sebenarnya bukanlah di ruang perawatan intensif melainkan di jalanan, di rumah, kita mencoba untuk tidak terinfeksi,' tambahnya.

Pemerintah setempat berusaha untuk mendatarkan kurva dan menekan angka kasus infeksi mengingat sumber daya medis yang terbatas.

"Utamanya adalah tetap tinggal di rumah, jaga diri. Ini sangat penting dan tidak main-main," kata Zasa.

"Jika keadaan kembali normal, ini akan penting bagi kita semua khususnya bagi kami para dokter karena kami telah melihat hal-hal yang mengerikan akhir-akhir ini. Kami hanya ingin semuanya kembali normal," pungkasnya.


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler