Cerita Penghuni Kamar 212: Ma, Tabah Ya, Papa Positif COVID-19

Sabtu, 03 Oktober 2020 – 18:52 WIB
Ruang isolasi pasien COVID-19. Foto: dok. ANTARA/HO

jpnn.com, JAMBI - Jumlah kasus positif COVID-19 di Provinsi Jambi belakangan ini meningkat tajam.

Pengalaman menjalani isolasi di Balai Penelitian Kesehatan (Bapelkes) Pijoan, Jambi, diceritakan JP.

BACA JUGA: Dokter Andani Eka Putra Ingatkan Jangan Overclaim Soal Obat Covid-19

Dia merupakan pasien nomor 423, dengan status Orang Tanpa Gejala (OTG) COVID-19 asal Kota Jambi.

Memang, sarana yang disediakan pemerintah untuk pasien OTG memang bisa dikatakan baik.

BACA JUGA: Dokter Andani Eka Putra Ungkap Obat Paling Bagus Untuk Covid-19

Namun dia menyarankan agar orang-orang yang masih tertawa-tawa di luar sana jangan sampai seperti dirinya.

Percayalah Covid-19 itu ada! Jangan abaikan protokol kesehatan dan kita harus tetap menerapkan 3 M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak).

BACA JUGA: Seluruh PPPK Sudah Bisa Tahu Jumlah Gaji Masing-masing

Awal dikabari positif COVID-19, diceritakannya, pada Sabtu (26/9), dia mendapatkan kabar dari salah satu tim gugus tugas COVID-19 Provinsi Jambi, via WhatsApp sekitar pukul 15.00 WIB, menyatakan dia positif COVID-19

"Ass, sabar ya, harus dilalui dengan tabah dan semangat agar cepat sembuh, dindo dinyatakan terkonfirmasi," begitu bunyi pesan yang dikirim jubir COVID-19 Provinsi Jambi, Johansyah, sontak membuat dia syok.

Setelah mendapat kabar itu, dia langsung menghubungi keluarga di rumah memberikan kabar itu.

"Saya langsung telepon istri, saya sampaikan dengan pelan-pelan, “Ma kita harus tabah dan kuat ini semua ujian dari yang Kuasa, Papa dinyatakan positif COVID-19”," cerita JP, Sabtu (3/10).

Dan mendengar kabar tersebut istrinya terkejut dan sempat tidak percaya.

"Papa sehat tidak ada gejala apa-apa, kok bisa?", ujar JP tentang kalimat istrinya saat itu.

Sang itu saat itu langsung menangis.

“Namun saya tetap menguatkan istri saya, meskipun sebenarnya sayalah yang hampir drop saat itu. "Tidak apa-apa, kita harus ikhlas dan kuat, percaya semua pasti berlalu”," kata JP menenangkan istrinya saat itu.

Selama sepekan dia menghuni Kamar 212, di lantai dua rumah isolasi pasien OTG dan harus berdamai dengan keadaan dan realitas.

Di ruangan itu, pasien harus membersihkan tempat tidur sendiri, mengepel sendiri, dan cuci pakaian sendiri.

Petugas hanya mengantar makanan dan menaruhnya di depan pintu kamar.

Pasien harus melayani diri sendiri, berbenah sendiri, ketawa sendiri, bermain dan bercanda sendiri.

Kegiatan senam pagi bersama dibagi tiga sesi pada mulai dari pukul 08.00 WIB selama lebih kurang 30 menit setiap harinya.

Suntuk, itulah kenyataannya. Aturan yang ada, tidak membolehkan keluar kamar atau bertandang ke tetangga, apalagi beraktivitas di luar ruangan selain waktu yang telah ditentukan.

Jaringan WiFi hanya pada sebagian gedung isolasi.

Pasien OTG harus banyak berolahraga, jika hanya mengurung diri di kamar dikhawatirkan mengundang penyakit baru, yakni stres.

JP yang masih harus menjalani isolasi hingga sepekan ke depan ini mengaku masih dalam keadaan tanpa gejala.

Namun dia tetap mengonsumsi vitamin yang diberikan untuk meningkatkan imunitas.

"Mudah-mudahan usapan (swab) kedua nanti hasilnya negatif, mohon doanya," kata JP.

Hal yang paling menyeramkan baginya adalah kesepian, menahan rindu yang terhalang. (antara/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler