jpnn.com, JAKARTA - Kepala Laboratorium Pusat Diasnostik dan Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas, Padang, dr. Andani Eka Putra mengingatkan jangan sampai terjadi overclaim dengan obat-obatan yang dipakai mengobati Covid-19.
"Apa obat yang diberikan untuk pasien (masih) debatable," paparnya dalam diskusi virtual "Sinergi Mencari Obat Covid", Sabtu (3/10).
BACA JUGA: Dokter Andani Eka Putra Ungkap Obat Paling Bagus Untuk Covid-19
Dia menyoroti adanya pemberian antibiotik untuk pasien Covid-19.
Padahal, kata Andani, World Health Organization atau WHO menyatakan antibiotik tidak ada efeknya terhadap Covid-19.
BACA JUGA: Ada RS Diduga Sengaja Ubah Status Pasien jadi Penderita Covid-19, Menteri Terawan: Laporkan ke Saya!
Dia mengaku setuju akan hal tersebut.
"Antibiotik itu untuk koinfeksi. Pada pasien mana yang digunakan antibiotik perlu selektif. Demikian juga pemakaian obat-obatan lain," ungkapnya.
BACA JUGA: Emrus: Temuan Obat Covid-19 Harus Valid dari Aspek Metodologi
Andani menjelaskan obat itu ada berbagai macam jenis dan kelompoknya.
Misalnya, kata dia, ada yang kelompok jamu, fitofarmaka, maupun herbal yang sudah standar.
"Jadi ada klasifikasinya," tegasnya.
Selain itu, ujar Andani, ada yang cuma uji praklinik saja, maupun yang telah memasuki uji klinik dan praklinik.
"Nah, pertanyaannya adalah apakah obat yang digembar-gemborkan itu sudah masuk uji praklinik atau belum, itu yang penting," jelasnya.
Bagi Andani, apa pun jenis dan mereknya, yang paling penting adalah mengikuti kaidah ilmiah terlebih dahulu.
"Kalau saya selalu melihat secara ilmiah," katanya.
Lebih lanjut Andani menambahkan yang harus diarahkan itu adalah bagaimana mengembangkan produk nasional.
"Namun, produk nasional itu bukan overclaim, tetapi betul-betul produk nasional yang telah teruji secara ilmiah," ungkapnya.
Sementara itu, anggota Komisi IX DPR M. Nabil Haroen mengatakan Indonesia harus bisa menghadirkan solusi untuk dunia dari tanaman obat-obatan yang dimiliki.
Baik itu bentuk jamu, maupun obat modern asli Indonesia.
Dia mengaku senang ketika banyak temuan masyarakat seperti sari buah, herbavit, dan lainnya, yang perlu mendapatkan apresiasi dan dorongan pemerintah dalam bentuk insentif atau kebijakan yang afirmatif sehingga bisa menjadi solusi.
"Saat ini 95 persen bahan baku obat masih impor. Sedih sekali," kata Nabil dalam diskusi itu.
Menurut dia, pandemi Covid-19 ini sebenarnya bisa menjadi momen tepat bagi Indonesia untuk menambah produksi dalam negeri, seperti obat dan lainnya.
"Supaya betul-betul bisa hadirkan solusi untuk dunia sekaligus memberantas mafia obat," ungkap Nabil.
Politikus PDI Perjuangan itu menambahkan Panja Tata Kelola Obat Komisi IX DPR mendorong berbagai jamu dan obat modern Indonesia betul-betul bisa digdaya. (boy/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Boy