Cerita Presiden Jokowi Tolak Menandatangani Kerja sama di G20, Keren Pak!

Rabu, 22 Desember 2021 – 19:35 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menunjukkan komitmennya di panggung dunia internasional.

Dia menolak mengikat perjanjian di G20, karena isi perjanjian hanya membolehkan Indonesia mengekspor bahan mentah.

BACA JUGA: Presiden Jokowi Luncurkan 1.604 Sertifikat Badan Hukum BUM Desa

"Kemarin di G20 ada 16 negara sudah kumpul untuk tanda tangan mengenai 'global supply chain'."

"Saya pikir apa bagusnya Indonesia ikut? Begitu baca, waduh ini disuruh ekspor bahan mentah lagi."

BACA JUGA: Jawaban Menohok Hasto Bagi Penentang Ambang Batas Pencalonan Presiden 20 Persen

"Begitu mau masuk ke ruangan, tidak, tidak, tidak, Indonesia enggak ikut," ujar Presiden Jokowi di Jakarta, Rabu (22/12).

Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut dalam acara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-7 PSI.

BACA JUGA: Pasukan Seribu Mandau Bergerak Desak DPR, Tuntut Soal Ibu Kota Negara Baru

"Semua bubar, tidak jadi, hanya gara-gara Indonesia tidak mau tanda tangan, semua jadi buyar lagi. Karena saya tahu juga sebenarnya yang diincar hanya Indonesia saja," ucapnya.

Menurut Presiden Jokowi, keberanian-keberanian seperti itu diperlukan untuk masa depan Indonesia.

"Takut nanti 'dibanned' di sini, di sini. Negara Indonesia ini akan melompat dan akan melakukan sebuah lompatan kalau berani melakukan yang namanya industrialisasi, hilirisasi sumber daya alam," ucapnya.

Presiden Jokowi kembali menegaskan sudah memutuskan untuk menghentikan ekspor bahan mentah dari Indonesia.

"Nikel sudah stop, tahun depan saya incar bauksit, bauksit stop, lalu tembaga stop, tembaga sudah timah stop."

"Semua nilai tambah ada di dalam negeri, semua yang namanya nilai tambah harga dan lapangan kerja ada semuanya di dalam negeri."

"Namun, musuhnya memang negara-maju maju yang biasa barang itu dikirim ke sana," katanya Presiden.

Meski demikian, Presiden Jokowi mengakui ada risiko saat pemerintah memutuskan untuk menyetop ekspor bahan mentah.

"Di WTO kalah, ya tidak apa-apa, tetapi kalau tidak berani mencoba kapan akan melakukan hilirisasi? Kapan stop kirim raw material? Sampai kapan pun Indonesia hanya menjadi negara pengekspor barang mentah," katanya.

Menurut Presiden Jokowi, ketika Indonesia mengekspor barang jadi atau setengah jadi, maka keuntungan yang didapat diperkirakan melonjak hingga 10 kali lipat.

"Nikel saja itu berapa turunannya, digabung plus tembaga bisa jadi lithium battery, lithium ion, baterai mobil listrik, sodium ion."

"Banyak sekali turunan yang bisa diambil dari sana. Saya meyakini hanya urusan nikel saja, sekarang ini yang dulu defisit dengan Tiongkok, saya yakin karena nikel dalam tiga tahun ini ekspor Indonesia melompat kurang lebih hampir Rp 280 triliun," katanya.

Presiden Jokowi optimistis dengan kebijakan hilirisasi, maka Gross Domestic Product (GDP) Indonesia di 2030 naik tiga kali lipat.

"Tolong ini dicatat. Perkiraan pendapatan per kapita antara 11 ribu sampai 15 ribu dolar AS. Kalau nanti bisa melompat ke 20 ribu dolar AS ya alhamdulillah," pungkas Presiden Jokowi.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler