Cerita Stenly Hanyut di Lautan Lepas, Masuk Mikronesia

Selasa, 13 November 2018 – 00:06 WIB
Stenly Tatoy akhirnya kembali ke Manado, Sabtu (10/11). Foto: Paul Bawole/Kawanua TV

jpnn.com - Stenly Tatoy, nelayan asal Desa Gangga Satu, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Sabtu (10/11) akhirnya tiba di Manado. Ia tiba di Bandara Sam Ratulangi sekira Pukul 23.00 WITA.

Diwawancarai awak media, Stenly mengungkapkan selama berada di Pulau Yap Negara Federasi Mikronesia, banyak diperiksa kepolisian.

BACA JUGA: Ikan Melimpah, Nelayan Tagih Janji Bu Susi

“Mereka di sana pulau kecil, mungkin mereka takut kalau ada teroris yang masuk. Namun pak polisi dan masyarakat di sana baik-baik semua,” tutur Stenly, yang malam itu dijemput keluarga besarnya di bandara.

Dia juga menceritakan bagaimana mendapat penanganan medis pasca hilang tiga bulan. “Lima hari saya di rumah sakit dan dipasang empat botol infus setiap hari. Semua itu dibayar oleh ibu Amelia (WNI di Mikronesia) sekitar 9 dolar,” sebut Stenly.

BACA JUGA: Melaut Lebih Hemat, Nelayan Jeneponto Beralih Pakai Elpiji

Proses pemulangan bukan tanpa hambatan. Karena itu dia berterima kasih kepada pemerintah Indonesia. “Terima kasih karena sudah memulangkan saya kembali lagi ke Manado. Semua dilayani dengan baik sehingga saya bisa tiba lagi di Manado dan kumpul dengan keluarga,” sebut Stenly.

Dia juga mengisahkan bagaimana keadaannya saat hanyut di lautan lepas sejak 9 Juni (putus dari rakit), lalu ditemukan 6 Oktober malam.

BACA JUGA: Nelayan Semakin Gampang Jual Tangkapan via Aplikasi Aruna

“Saya hanya bisa terus berdoa. Saya menangis dan berdoa siang malam, sampai suatu saat saya lewat pulau di Filipina malam itu saya lihat lampu pulau di Filipina terang sekali lampu itu. Tetapi saat itu saya terus dibawa oleh badai itu hingga hanyut terus. Kemudian lewat kepulauan Palau terus lewat lagi ke pulau Yap, hingga sudah jauh sekali. Tapi karena ditiup terus oleh badai saya kembali lagi ke sekitar Palau. Nah di situ saya ketemu kapal dari Mikronesia. Setelah itu saya dibantu oleh awak kapal yang ditugaskan kapten kapal tersebut, untuk mengangkut barang-barang saya,” tutur Stenly.

“Setelah itu saya langsung peluk sama kapten sampai nangis-nangis. Kemudian kapten suruh ABK-nya untuk memasak nasi buat saya. Saat itu nasinya banyak sekali. Waktu itu saya makan sampai habis sampai perut saya sakit,” sambung Stenly.

Usai ditolong, pukul 7.00 pagi waktu setempat, mereka sudah tiba di Pulau Yap. Waktu itu ia diantar kapten kapal menuju kantor polisi untuk bikin surat. “Setelah selesai bikin surat polisi-polisi langsung minta identitas. Saat itu saya beri KTP saya. Habis itu diborgol dan dibawa ke rumah sakit,” ceritanya.

Menurutnya selama dirawat, borgol dilepaskan petugas. “Nah waktu itu ibu Amelia bertanya kenapa bapak bisa hanyut ke sini? Saya bilang tali rakit putus dan hanyut dari Kepulauan Talaud,” tuturnya, sembari menyebutkan waktu itu Amelia sedang berdiskusi dengan polisi Yap.

“Tetapi kata mereka kepada ibu Amelia, saat itu mereka tidak percaya karena saya hanyut tiga bulan. Mereka bilang kamu hanyut tiga bulan tapi kuku kamu pendek-pendek. Saat itu saya pun jawab, saya ada gunting kuku dan gunting rambut. Tapi gunting rambut sudah ditinggalin waktu naik pesawat pertama. Waktu itu ibu Amelia tetap bilang mereka (petugas) tidak percaya,” ungkapnya menirukan ucapan Amelia.

“Saya hanya bisa jawab biar Tuhan yang tahu. Bahkan mereka sempat bilang saya ke sana untuk mencuri ikan-ikan di sana. Saya jawab tidak ibu, saya memang hanyut. Nah terus esok harinya polisi minta urus keterangan, sampai polisi sudah kasihan sama saya, sehingga ada dua polisi yang tangani saya dengan sangat baik,” sambungnya.

Selanjutnya, Stenly mengungkapkan kepada Amelia tidak mungkin dia ke Yap tanpa paspor. “Terus ibu Amelia bilang sabar Pak, karena sementara urus dokumennya. Waktu itu saya tinggal di kantor polisi. Tapi bebas ke sana ke mari karena saya dapat jaminan,” tandasnya.

Staff KBRI Tokyo Eko Junor mengungkapkan, Jumat (9/11) Stenly diberangkatkan ke tanah air via Palau dan Manila. Dalam proses pemulangan tersebut, KBRI Tokyo meminta bantuan beberapa diaspora di Palau untuk membantu mengurus transit di Palau dan KBRI Manila selama transit di Manila.

“Kondisi Stenly sehat dan saat dihubungi pejabat Konsuler KBRI Tokyo menjelang keberangkatan ke Indonesia mengucapkan terima kasih kepada pemerintah terutama Presiden Jokowi yang telah membantu semua keperluan dan pemulangannya,” kata Eko Sabtu (10/11) dilansir dari Jawa Pos.

Eko mengatakan, Stenly tiba di bandara Soekarno –Hatta pada Sabtu siang (10/11) sekitar pukul 12.45 WIB kemudian melanjutkan penerbangan ke Manado Pukul 18.15 WIB. Eko mengatakan, sejak Stenly terdampar di Yap, KBRI Tokyo berkoordinasi dengan Pemerintah Mikronesia dan otoritas lokal Yap dalam mengurus kebutuhan Stenly termasuk proses pemulangannya.

Pihak KBRI Tokyo lantas mengontak keluarga Stenly di Minahasa Utara untuk menyiapkan surat-surat dan identitas diri milik Stenly untuk kepentingan administrasi.

Eko menambahkan beberapa kendala dalam pemulangan Stenly adalah surat-surat identitas diri Stenly dari pihak keluarga. ”Stenly tidak membawa dokumen apapun tiba-tiba berada di negara Mikronesia,” jelasnya.

Pihak KBRI lantas membuatkan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) pengganti paspor yang dikirim ke Mikronesia. ”SPLP kemudian dicek oleh Pemerintah Mikronesia, lalu proses ijin keluar dari wilayah Pemerintahan Mikronesia,” kata Eko.(gnr)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jubir Prabowo-Sandi Sebut Kebijakan Bu Susi Susahkan Nelayan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler