Cerita Terbaru Arab Saudi tentang Kematian Khashoggi

Senin, 22 Oktober 2018 – 10:36 WIB
Aktivis HAM dan rekan-rekan Jamal Khashoggi menggelar demonstrasi di depan Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Senin (8/10). Foto: Reuters

jpnn.com, RIYADH - Cerita Pemerintah Arab Saudi tentang kasus pembunuhan terhadap Jamal Khashoggi terus berubah. Hal itu membuat pimpinan beberapa negara lain makin berang. Mereka minta penyelidikan tuntas dan bukti yang kuat.

Salah satu pejabat tinggi Arab Saudi menjelaskan detil tentang versi Arab Saudi soal kematian jurnalis pembangkang Arab Saudi itu.

BACA JUGA: Saudi Ditantang Tunjukkan Jenazah Khashoggi

Menurutnya, tim 15 orang itu dibentuk untuk mengintimidasi Khashoggi. Rencana awal, mereka akan menyekap Khashoggi di bangunan terpencil di luar kota Istanbul.

''Mereka harusnya mengancamnya untuk kembali pulang. Tapi, jika tak mempan dia akan dilepas,'' ungkap pejabat yang menolak disebut identitasnya kepada Reuters.

BACA JUGA: Pembunuhan Khashoggi: Tagar Bela MBS Bermunculan di Medsos

Namun, rencana tersebut gagal saat Khashoggi malah mengancam balik. Dia menyebutkan ada orang lain yang menunggu di luar konsulat. Tunangannya, Hatice Cengiz, akan menghubungi otoritas Turki jika dia tak segera keluar.

''Sewaktu tahu akan dibius, Khashoggi mencoba teriak. Tim di sana menutup mulut dan lehernya dan tak sengaja membunuhnya,'' ungkapnya.

BACA JUGA: Trump Kecewa, Tapi Takut Saudi Marah

Dia juga menjelaskan mengapa Arab Saudi tiba-tiba mengakui pembunuhan tersebut. Hal tersebut karena tim eksekusi membuat laporan palsu ke markas di Arab Saudi. Mereka mengaku bahwa Khashoggi sudah dipulangkan kembali.

Padahal, mereka membungkus mayat pria 59 tahun itu dengan karpet. Lalu, membuangnya di Hutan Belrgrad dekat kota Yalova. Sedangkan, Mustafa Madani, salah satu anggota tim, memakai pakaian Khashoggi dan keluar dari pintu belakang.

''Harapan mereka, pemerintah tak akan tahu kalau Khashoggi terbunuh,'' ungkapnya.

Sayangnya, klaim dari pejabat tinggi Arab Saudi tersebut diragukan banyak orang. Jika tujuannya hanya untuk menculik dan mengancam, kenapa pemerintah Arab Saudi harus merekrut pakar otopsi?

Beberapa pihak menduga bahwa kisah tersebut hanya disampaikan untuk menjauhkan tuduhan dari Mohammed bin Salman (MBS) dari kasus tersebut. Sebab, sang pejabat sama sekali tak menyebutkan peran putra mahkota Arab Saudi tersebut.

''Yang membentuk tim adalah Ahmed al-Asiri. Dia meminta Saud al-Qahtani beberapa personel yang kenal Jamal secara pribadi,'' ungkapnya.

Senator AS Lindsey Graham terang-terangan menuduh MBS memerintahkan pembunuhan itu. Sedangkan, tokoh negara lainnya bermain lebih halus. Mereka menyatakan bahwa pernyataan pemerintah Arab Saudi kurang kredibilitas.

''Penjelasan dari Arab Saudi tidak konsisten. Kami tetap meminta agar pihak yang bertanggung jawab bisa diadili,'' ujar Menlu Kanada Chrystia Freedland dikutip Al Jazeera.

Wall Street Journal melaporkan kabar bahwa delegasi Arab Saudi, Khalid al-Faisal, sebenarnya sudah mendengar rekaman suara yang dimiliki oleh otoritas Turki. Menurut narasumber anonim, suara dalam rekaman itu sama sekali tak mewakili adegan perkelahian.

''Sama sekali tidak terdengar argumen dalam rekaman itu,'' ujar salah satu keluarga kerjaan.

Berbagai pihak tetap menuntut akhir yang lengkap. Lebih tepatnya, bukti yang kuat. Jika memang hanya dicekik, harusnya jenazah Khashoggi bisa ditemukan dan ditunjukkan ke publik. Jika memang dibunuh, harusnya rekaman video dan suara yang diklaim oleh Turki bisa dipublikasikan.

''Berikan kami jenazah Jamal. Supaya teman, kerabat, dan pimpinan dunai bisa datang ke Istanbul untuk memakamkan dia,'' ungkap Turan Kislakci, Ketua Asosiasi Media Turki-Arab sekaligus sahabat Khashoggi. (bil)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saudi Mengaku, Turki Tetap Selidiki Kematian Khashoggi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler