China Berambisi Bangun Pangkalan Militer Dekat Papua, Amerika Tidak Mau Kalah

Selasa, 26 April 2022 – 22:16 WIB
Peta wilayah Pasifik Papua Nugini (ANTARA/HO.BMKG)

jpnn.com, SYDNEY - China tampaknya bukan satu-satunya negara yang berambisi membangun pangkalan militer di Kepulauan Pasifik, tak jauh dari Papua. 

Amerika Serikat kini dikabarkan berniat memperluas kerja sama keamanan dengan negara pulau Pasifik Papua Nugini.

BACA JUGA: Lockdown di China Makin Ekstrem, Pemerintah Segel Gerbang Permukiman

Keinginan itu didorong kekhawatiran AS terkait motif China karena membuat pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon di dekatnya.

Delegasi AS bertemu Perdana Menteri Papua Nugini James Marape dan ketua keamanannya pekan lalu dan berencana untuk mengadakan diskusi keamanan lebih lanjut dalam beberapa bulan ke depan, kata Wakil Menteri Luar Negeri untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik Daniel Kritenbrink.

BACA JUGA: Di Hadapan Ratusan Pasukan Elite, Pangdam Menirukan Ucapan Panglima Militer China

“Ada keinginan dari kedua pihak untuk memastikan bahwa kami mengambil langkah konkret guna memperluas kerja sama keamanan kami,” katanya kepada wartawan melalui sambungan telepon.

Pada Jumat (22/4), AS mengatakan telah memperingatkan Perdana Menteri Kepulauan Solomon Mannaseh Sogavare bahwa pihaknya memiliki “keprihatinan besar dan menanggapi dengan tepat” terhadap setiap langkah untuk membangun kehadiran militer permanen China.

BACA JUGA: Taiwan Berjanji Tidak Meniru Cara China Kendalikan Covid-19, Warga Bisa Lega

China mengatakan sebelumnya bahwa perjanjian keamanan yang diteken pekan lalu tidak menimbulkan risiko bagi AS. China telah mengkritik Australia karena menentangnya.

Australia yang jaraknya kurang dari 2.000 kilometer secara historis berperan dalam kebijakan Kepulauan Solomon.

Kritenbrink, bagian dari delegasi Gedung Putih yang berkunjung ke Kepulauan Solomon, Papua Nugini dan Fiji pekan lalu, mengatakan Sogavare sudah menekankan kembali pada pertemuan itu bahwa perjanjian China difokuskan pada kebutuhan keamanan dalam negeri dan tidak akan ada pangkalan militer.

Namun, AS akan memantau perkembangannya karena khawatir akan kurangnya transparansi dan motif China, katanya.

“Mereka sangat tidak jelas karena perjanjian ini belum diteliti,” kata Kritenbrink.

Dia menambahkan kekhawatiran itu juga dirasakan oleh mitra regional, negara-negara pulau Pasifik dan di antara rakyat Kepulauan Solomon.

Kepulauan Solomon menempati posisi strategis untuk jalur pelayaran dan komunikasi di Pasifik. Negara kepulauan itu hanya berjak sekitar 2.000 kilometer dari wilayah paling timur Indonesia, Provinsi Papua.

China menawarkan untuk membangun kembali pangkalan angkatan laut (AL) di Papua Nugini pada 2018 tetapi pemerintah di sana justru membuat kesepakatan dengan Australia dan AS untuk memperbarui pangkalan AL bekas PD II di Pulau Manus.

Papua Nugini adalah tetangga terdekat Australia di bagian Utara dan tetangga terdekat Indonesia di bagian Timur.

“Kami tahu betul bahwa RRC berupaya untuk membangun logistik luar negeri yang lebih kuat dan infrastruktur yang memungkinkan PLA untuk memperkirakan dan mempertahankan kekuatan militer pada jarak yang lebih jauh,” kata Kritenbrink merujuk pada Republik Rakyat China (RRC) dan tentaranya (PLA). (ant/dil/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler