China Longgarkan Prokes Covid-19, Menyerah Kejar Mimpi Nol Kasus?

Kamis, 17 Maret 2022 – 23:59 WIB
Seorang petugas medis dengan alat pelindung melakukan tes asam nukleat di pintu keluar jalan raya, menyusul kasus penyakit virus corona (COVID-19) di kota-kota Ningbo, Shaoxing dan Hangzhou, di Ruian, provinsi Zhejiang, China, Selasa (14/12/2021). Foto: ANTARA FOTO/cnsphoto/via REUTERS/aww/cfo

jpnn.com, BEIJING - Otoritas kesehatan China mulai melonggarkan kebijakan protokol kesehatan COVID-19 meskipun dalam dua pekan terakhir negara berpenduduk terbanyak di dunia itu sedang mengalami lonjakan kasus positif.

Pemerintah telah mempersingkat masa karantina wajib bagi pasien positif COVID-19 yang sudah sembuh untuk mengurangi beban sumber daya medis yang sangat dibutuhkan pada saat terjadi lonjakan kasus yang sangat parah, kata otoritas kesehatan setempat kepada pers, Kamis.

BACA JUGA: China Dukung Iran Mempertahan Haknya dari Gangguan Amerika

Dalam kebijakan yang baru, pasien COVID-19 bergejala ringan akan ditempatkan di fasilitas karantina terpadu, bukan lagi di rumah sakit seperti sebelumnya.

Standar kesehatan pasien positif juga diturunkan sehingga memudahkan untuk meninggalkan rumah sakit.

BACA JUGA: China Terus Dukung Invasi Rusia, Amerika Lontarkan Ancaman Serius

Pasien positif yang sembuh dan diizinkan meninggalkan rumah sakit hanya perlu dipantau kondisi kesehatannya selama tujuh hari karantina mandiri di rumah.

Sebelum itu, masa karantina yang diwajibkan bagi pasien yang baru pulang dari rumah sakit adalah 14 hari.

BACA JUGA: China Pamer Dukungan untuk Indonesia, Lalu Minta KTT G20 Tak Bahas Masalah Ini

Dengan adanya kebijakan baru itu, rata-rata masa tinggal pasien di rumah sakit akan berkurang menjadi 10 hari --dari sebelumnya 15 hari, demikian dinyatakan Kepala Pusat Penyakit Infeksi Menular China Zhang Wenhong dikutip media penyiaran resmi setempat.

Sebelumnya, otoritas kesehatan China juga mengizinkan masyarakat menggunakan alat tes antigen mandiri yang dijual secara bebas di pasaran.

Kebijakan tersebut ditujukan untuk meringankan beban klinik atau rumah sakit yang menyediakan tes PCR secara massal jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan kasus.

Pada Selasa (16/3), di China dilaporkan terjadi 1.860 kasus lokal dan 1.194 kasus tanpa gejala.

China sampai saat ini masih menerapkan kebijakan nol kasus COVID-19 secara dinamis.

Namun, pelonggaran prokes tersebut lebih mengarah pada langkah untuk menjaga keseimbangan antara upaya pengendalian dan keberlangsungan aktivitas masyarakat sehari-hari. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler