Kalangan industri di Cina sendiri memang belakangan mengeluh akan adanya kecenderungan yang mereka sebut sebagai "praktek dagang tidak fair" (dari AS)
BACA JUGA: Pertempuran Hebat di Barat Afghanistan
Hal itu antara lain diungkapkan oleh Kementerian Perdagangan Cina melalui situsnya, Minggu (13/9)Sementara itu, pekan lalu, pihak European Central Bank (ECB) telah menyatakan bahwa proteksi yang berlebihan (oleh beberapa negara) bisa mengancam situasi perdagangan dunia, begitu juga dengan proses pemulihan resesi ekonomi global
BACA JUGA: AS Melunak untuk Korut
"Pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat dan pengangguran yang terus meningkat, mendorong sejumlah pemerintahan untuk memberlakukan kebijakan dagang yang ketat, yang pada akhirnya malah bisa berdampak lebih parah terhadap pembatasan-pembatasan dan ketegangan hubungan dagang," ungkap ECB lewat buletin bulanan mereka.AS sendiri dilaporkan menerapkan tarif impor mulai dari 35 persen terhadap impor ban yang bernilai 1,8 miliar dolar AS dari Cina
BACA JUGA: Wanita Tertua se-Dunia Meninggal di Usia 115
Sebaliknya, Kementerian Perdagangan Cina, Sabtu (12/9), langsung merespon dan menunjukkan penentangannya terhadap keputusan AS tersebut, serta mengancam akan melaporkannya kepada pihak World Trade Organization (WTO).Kendati demikian, ketegangan ini oleh sebagian pengamat dipandang belum terlalu menkhawatirkan"Kendati terjadi friksi, saya kira kedua negara akan dapat mengatasi setiap permasalahan dengan baikKeduanya (AS dan Cina) sama-sama paham bahwa mereka belakangan kian saling tergantung satu sama lain sebagai mitra dagang," tutur David Cohen, seorang pengamat ekonomi di lembaga Action Economics di Singapura(ito/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bahas Isu Panas, Menlu Malaysia Minta Kunjungi Jakarta
Redaktur : Tim Redaksi