MASAKAN tradisional Indonesia yang beraneka ragam membuat Will Meyrick penasaran dan tertarik untuk mempelajari. Ketertarikan itu akhirnya membuatnya menetapkan hati untuk keliling Indonesia dan belajar masakan-masakan tradisional langsung kepada ahlinya.
-----------
Marisqa Ayu K., Surabaya
----------
Suara pisau yang beradu dengan papan pemotong terdengar dari ruangan sebuah rumah di bilangan Green Andara, Pondok Labu, Jakarta Selatan, Selasa (3/9) siang. Seorang pria paro baya terlihat sibuk memotong beberapa bahan bumbu. Dialah Will Meyrick. Beberapa kru TV sibuk dengan kameranya agar mendapat angle gambar yang bagus dari aksi Will. Koki berumur 37 tahun itu memang sedang syuting program barunya di salah satu stasiun TV swasta.
Saat waktu break, Will segera menuju ke halaman rumah untuk mendapatkan angin segar dan mengisap sebatang rokok. Di momen inilah Jawa Pos berkesempatan menggali cerita lebih jauh tentang Will dan keahlian mengolah bumbu dan menyajikannya menjadi makanan siap santap. "Hi, how are you" Sudah merasakan masakan saya?" sapaan pertama Will dengan bahasa Indonesia saat Jawa Pos memperkenalkan diri.
BACA JUGA: Istri Korban Histeris, Kecam Ahmad Dhani
Kemudian, Will mulai bercerita tentang ketertarikannya pada masakan Indonesia yang akhirnya membuatnya memilih tinggal di Indonesia selama 10 tahun. Dia sudah menikah dengan perempuan asli Bandung dan memiliki tiga anak. Dia juga berhasil membangun dan mengoperasikan tiga restoran di Bali dan Jakarta.
Semua restorannya menyuguhkan menu-menu asli Indonesia, mulai makanan pembuka hingga penutup. Semua berdasar resep asli yang dipelajari Will dari penduduk asli Indonesia.
BACA JUGA: Ketahui Warna Telur Cukup Lihat Kepala Ayam
"Saya suka masakan Indonesia. Terutama like a streetfood. Saya ingin membuat orang-orang Indonesia, terutama chef-nya, mencintai makanannya sendiri," ujarnya.
Laki-laki yang lahir di Portugal itu mengaku miris melihat kondisi para pakar kuliner di Indonesia. Menurut dia, mereka terlalu sibuk mengenalkan makanan Indonesia di luar negeri. Padahal, sebagian besar masyarakat Indonesia tidak tahu makanan mereka sendiri.
BACA JUGA: Ketika Dahlan Iskan Menyaksikan Pembuatan Pesawat Boeing
Bukan hanya itu. Yang menggugah hati Will untuk membuat inovasi dengan masakan Indonesia adalah banyaknya penjual makanan kaki lima yang tidak berkembang. Padahal, dari segi rasa, Will yakin masakah mereka tak kalah dengan cita rasa masakan di restoran. Dari situ Will berpikir bagaimana mempromosikan makanan tradisional Indonesia ke level internasional. Dia ingin membuat makanan jalanan menjadi layak dijual di restoran mewah.
Will mengatakan, umumnya makanan tradisional dimasak dengan aneka macam bumbu dan cara yang standar. Namun, selalu ada cerita di balik makanan-makanan itu. Misalnya, rendang dari Sumatera. "Jika kita pergi ke semua kota, selalu ada warung padang di sana. Bahkan, di luar negeri pun rendang sudah dikenal sebagai makanan Indonesia. Kenapa bisa begitu?" tanya laki-laki yang mulai sering terlihat di layar kaca itu.
Will yang sudah melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia menjelaskan, saat dirinya mengunjungi kota Padang, dia sempat menanyakan hal itu kepada salah satu penduduk pribumi. Akhirnya Will tahu bahwa semua orang Padang wajib hukumnya bisa masak masakan daerah mereka.
Sejak zaman dahulu, prinsip yang ditanamkan kepada diri mereka adalah, ke mana pun mereka pergi, minimal harus punya keahlian yang bisa dijual dan tidak melupakan budaya. "Saya sangat tertarik dengan cerita-cerita seputar masakan Indonesia. Makanya, sejak 10 tahun lalu saya memutuskan untuk tinggal dan keliling Indonesia dan belajar memasak bersama ibu-ibu," kenang Will.
Sayangnya, obrolan saat break itu harus terputus karena Will masih melanjutkan syuting. Sorenya, Jawa Pos kembali memiliki sedikit waktu untuk berbincang dengan laki-laki dengan aksen Australia yang kental itu. Setelah press conference di sebuah acara untuk stasiun TV lain, Will melanjutkan ceritanya tentang kuliner Indonesia.
Laki-laki yang sudah menulis sebuah buku tentang Indonesian streetfood yang disusunnya sejak 15 tahun lalu itu mengeluhkan cara memasak ala Indonesia yang memakan waktu sangat lama. Untuk mengangkat derajat makanan tradisional menjadi level internasional dan bisa dibawa ke restoran kelas atas, waktu memasak harus dipersingkat. Namun, rasa yang didapat harus semirip mungkin.
"Taste itu penting. Tapi, tidak mungkin juga memasak berjam-jam dengan tungku. Karena itu, untuk rendang saya pakai panci presto biar lebih cepat," tuturnya.
Sudah puluhan daerah yang didatangi Will di Indonesia. Sudah puluhan resep pula yang dipelajari pria yang suka bercanda itu. Mulai masakan Aceh, Padang, Jogja, Makassar, Bali, Lombok, Bukittinggi, Palu, Garut, Bandung, dan Manado.
Uniknya, Will jarang mendatangi sebuah rumah makan untuk belajar memasak. Dia lebih suka datang ke rumah-rumah penduduk asli dan minta diajari memasak masakan khas mereka. "I would like to masak dengan ibu-ibu. Even my wife cemburu, tapi I like memasak dengan ibu-ibu," canda Will.
Setelah belajar, Will mencoba bereksperimen di dapurnya sendiri. Bahan-bahan makanan diganti dengan kualitas yang lebih bagus. Setelah matang, dihias sedemikian rupa agar terlihat menarik dan menaikkan harga jual.
Jika kebanyakan orang Barat tidak mau makan beberapa makanan Indonesia seperti jengkol, petai, terasi, dan durian, Will mengaku dia memakan semuanya.
Salah satu juri di kompetisi memasak di stasiun TV swasta itu mengatakan, jika ingin menjadi ahli dalam suatu masakan, dia harus berani memakan semua makanan, tanpa terkecuali.
Namun, dari semua makanan yang pernah dicobanya, Will tidak suka makanan Manado yang terbuat dari kelelawar, tikus, dan anjing. Selain itu, dia kurang menyukai makanan Jogja karena rasanya yang cenderung manis. Yang menjadi favorit laki-laki yang gemar travelling itu adalah masakan Makassar yang cenderung asam dan pedas.
"Tapi, saya paling suka mi instan kuah buatan istri saya. Rasanya benar-benar enak. Ditambah sayur putih, potongan cabai, dan telur. Rasanya begini," kata Will sambil mengacungkan jempol tangannya. (*/c2/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Antusias Belajar Bahasa, Penasaran Lodeh Tempe
Redaktur : Tim Redaksi