jpnn.com - SURABAYA - BNNK Surabaya melakukan tes urine di beberapa sekolah negeri.
Salah satunya SMP Negeri 52 Surabaya yang disambangi.
BACA JUGA: Smart Pete-Pete, Cara Wali Kota Makassar Atasi Macet
Sebanyak 730 orang yang terdiri atas murid, guru, dan pegawai sekolah mengikuti tes narkoba tersebut.
Hasilnya cukup mengejutkan. Tujuh sampel urine dinyatakan mengandung metamfetamin atau terindikasi menggunakan sabu-sabu.
Ironisnya, semua sampel itu berasal dari murid SMP Negeri 52.
BACA JUGA: GMKI Minta Warga Tidak Terprovokasi
Kepala BNNK Surabaya AKBP Suparti membenarkan adanya tujuh siswa yang terindikasi menjadi pecandu narkoba.
"Laki-laki semua," ujarnya.
BACA JUGA: Ratusan Pengangkut Sampah Mengamuk, Kantor Dinas Remuk
Suparti sudah memanggil tujuh anak tersebut dan menanyai secara langsung.
Namun, jawaban para siswa itu membuat Suparti geram.
"Pura-pura polos semua, tidak ada yang ngaku. Malah ada yang bilang kebanyakan minum obat gara-gara habis demam berdarah. Ada yang nangis juga," bebernya.
Selanjutnya, BNNK membawa hasil tes urine tujuh siswa tersebut ke laboratorium. Hari ini (14/12) rencananya Suparti memanggil tujuh siswa itu ke kantor BNNK Surabaya untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
"Saya sudah minta kepala sekolah menghubungi orang tua siswa. Nanti rehabilitasi atau tidak bergantung keterangan dari para siswa ini," jelas Suparti. "Fokusnya, jika memang mereka pemakai, kami mau kejar bandar yang menjual narkoba ke siswa-siswa itu," lanjut mantan Kasubbaghumas Polrestabes Surabaya tersebut.
Suparti menambahkan, temuan semacam itu bukan yang pertama. Karena itu, dia berharap masyarakat makin waspada terhadap peredaran narkoba.
Sebab, bandar dan pengedar kini menyasar anak-anak di bawah umur.
"Anak-anak ini masih polos. Awalnya coba-coba, kemudian ketagihan," ungkapnya.
Selain itu, orang tua harus lebih peduli terhadap perkembangan dan pergaulan anak di luar rumah.
Terbukti, mayoritas anak yang terjerumus narkoba tidak mendapat perhatian penuh dari orang tua.
"Coba komunikasi dengan baik atau datangi lokasi yang dituju anak-anak kita. Biar tidak ada lagi yang kena narkoba di Surabaya," tutur Suparti.
Sementara itu, Suparti menerangkan, sepanjang 2016, jumlah orang tua yang mengantarkan anak-anaknya ke rehabilitasi meningkat.
Itu bisa menjadi pertanda bahwa orang tua yang anaknya menjadi pecandu narkoba tidak lagi malu. Mereka tak lagi menyalahkan anak-anaknya.
"Pecandu itu butuh bimbingan, jangan disalahkan. Mereka juga korban, meski awalnya sadar mengonsumsi narkoba," ucapnya. (rid/c9/fal/flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sikapi Insiden Berdarah di Sabu, DPRD NTT Gelar Rapat Lintas Fraksi
Redaktur : Tim Redaksi