Clarissa, Bayi Asal Boyolali dengan Jantung Bocor dan 9 Kelainan

Kamis, 16 September 2021 – 08:09 WIB
Bayi Clarissa dalam gendongan ibunya. Foto: Ragil/Radar Solo

jpnn.com, BOYOLALI - Clarissa tak selincah anak sebayanya. Anak kedua dari Nur Ismiyati (25) dan Febri Nur (25) itu mengalami jantung bocor sejak usia enam bulan.

Umur Clarissa kini masuk satu tahun enam bulan.

BACA JUGA: Pak Ganjar Mencarikan Dana Bantuan untuk Dua Bayi Kembar Siam

Selain jantung bocor, warga Dusun Randurejo RT 01 RW 03 Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Boyolali itu juga didiagnosis gizi buruk.

Tangis Clarissa pecah saat ada tamu yang mengunjungi rumahnya. Dia terus menangis di pelukan sang ibu.

BACA JUGA: Tolong! Bayi Muhamad Arpan Butuh Bantuan, Lahir Tanpa Anus

"Kalau ada tamu dia pasti nangis, dia kira dokter," kata Ismi.

Ruam membiru tampak di bibir dan beberapa bagian tubuhnya. Clarissa sedang batuk dan pilek.

BACA JUGA: Ibu di Sidoarjo Tega Membuang Bayi Akibat Masalah Ekonomi

Saat baju Clarissa disingkap oleh sang ibu, bagian dadanya terlihat membengkak. Di sela-sela tangisnya, dia terus mengelus dadanya dan berteriak sakit kepada ibunya.

Hampir satu tahun ini, Clarissa harus kontrol tiap bulannya ke rumah sakit di Yogyakarta.

Kondisinya diketahui memburuk sejak usia enam bulan. Tubuhnya memang kurus pada saat itu.

Perkembangan berat badannya juga tidak kunjung naik. Tak hanya itu, sekujur tubuh bayi itu mulai membiru.

"Kami kira hanya kurus saja. Namun, tubuhnya mulai membiru, langsung kami periksakan. Ternyata Clarissa mengalami jantung bocor," tutur sang ibu.

Sejak saat itu Clarissa menjalani rawat jalan dan kontrol tiap bulannya.

Awalnya, Ismi dan suaminya bekerja sebagai buruh pabrik. Namun, kondisi anak keduanya itu makin memburuk dan membutuhkan perhatian lebih. Ismi akhirnya memilih resign untuk merawat sang anak.

Di usia satu tahun enam bulan, berat badan Clarissa hanya 6,4 kilogram. Dengan kondisinya berstatus gizi buruk, Clarissa harus minum susu formula khusus tiap harinya.

Untuk mencukupi kebutuhan susu formula anaknya, Ismi harus membeli seharga Rp 200 ribu per kaleng.

"Dikasih susu itu saja, pertumbuhannya lambat. Apalagi kalau dikasih susu yang standar, lebih lambat lagi dan saya kasihan. Sehari-hari juga hanya tiduran, kalau mau duduk harus didudukkan. Kelamaan duduk, dia juga ngos-ngosan,” kata Ismi.

Untuk biaya berobat, hanya mengandalkan gaji sang suami dan BPJS.

Ismi ingin anaknya segera dioperasi. Anaknya juga sempat dirawat selama sebulan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Ternyata, tak hanya jantung bocor dan gizi buruk, Clarissa juga mengalami sembilan kelainan jantung lainnya.

"Setelah periksa lengkap kemarin, ternyata ada sembilan kelainan lainnya. Saya enggak hafal apa saja. Katanya operasi dilakukan nanti setelah dua tahun. Kalau biaya operasi, kemarin pas ngobrol-ngobrol dengan orang tua penderita jatung bocor yang lain, perkiraan habis Rp 250 juta dan yang tercover (BPJS) 200 saja,” ujarnya.

Terpisah, Camat Mojosongo Tusih Priyanta mengamini belum ada bantuan untuk Clarissa. Dia mengaku akan menggandeng sukarelawan untuk membantu bayi tersebut.

"Kami akan mengedukasi masyarakat sekitar untuk ikut membantu. Lalu kami juga akan koordinasi dengan perangkat desa setempat. Terkait kebutuhannya apa saja akan kami bantu. Termasuk kebutuhan operasional untuk periksa,” ujar camat. (rgl/ria/radarsolo)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Clarissa   Bayi   jantung bocor   gizi buruk   BPJS  

Terpopuler