Clinton Masih Unggul Dalam Poling Pilpres Paling Gaduh

Minggu, 23 Oktober 2016 – 05:14 WIB
Calon presiden AS Hillary Clinton. FOTO : AFP

Peta kekuatan calon presiden Amerika Serikat mulai terlihat. Dalam polling dilaporkan Clinton semakin jauh meninggalkan Donald Trump. Di Negara Bagian Virginia yang selalu menjadi palagan penting pilpres AS, perempuan 68 tahun itu memimpin 12 poin atas pesaingnya. Namun, Trump, yang perolehan suaranya dalam polling kian surut, tetap menyebut konspirasi media sebagai penyebab berkurangnya dukungan.

Selain Virginia, Ohio juga menjadi negara bagian yang penting bagi kedua capres. Terlebih bagi Trump. Sebab, tidak pernah ada capres Republik yang sukses menjadi orang nomor satu Gedung Putih tanpa menang di Ohio. Juga, di negara bagian tersebut, Trump memang lebih populer ketimbang Clinton. Karena itu, pekan ini Trump sampai menggelar dua kampanye di wilayah tersebut. Yakni, Kamis lalu dan kemarin bersama Mike Pence. Sejak pilpres dimulai, hampir setiap pekan Trump dan Pence bergantian menyambangi Ohio. Mereka berusaha keras menjaga suara masyarakat di negara bagian tersebut tetap dikuasai Republik. 

Secara nasional, Clinton unggul dengan dukungan 47 persen suara. Sedangkan Trump berada di posisi kedua dengan 42 persen. Tapi, mantan first lady itu memang tidak menang di seluruh negara bagian. Sampai kemarin, polling masih me­ngunggulkannya di North Carolina, Florida, dan Pennsylvania. Tapi, selisih dukungannya dengan Trump tidak setajam di Virginia.

Di Arizona, yang merupakan salah satu negara bagian merah alias milik Republik, Clinton juga unggul tipis atas Trump. Seandainya suami Melania Knauss itu kalah di Florida, Pennsylvania, dan North Carolina, sudah pasti Clinton yang menggantikan Obama. Sebab, skor electoral college di tiga negara bagian tersebut paling besar. 

Kemarin (22/10) Trump menyampaikan pidato penutup rangkaian kampanyenya di Kota Gettysburg, Negara Bagian Pennsylvania. Dalam pidato tersebut, taipan 70 tahun itu juga memaparkan progam seratus hari pertama pemerintahannya. Dia juga memberi pidato yang terinspirasi dari sikap mantan Presiden AS Abraham Lincoln saat AS terpecah belah. Pidatonya juga menyinggung rencana Trump untuk membuat Partai Republik yang terpecah belah karena pilpres, kembali utuh. Bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Dukungan untuk Trump boleh terus susut, tapi kepercayaan diri sang taipan patut diacungi jempol. Apalagi, dia sempat mengisyaratkan tak akan menerima hasil pilpres jika kalah. 

Sikap Trump itu membuat Clinton dan para petinggi Demokrat angkat bicara. Bahkan, Presiden Barack Obama juga menyebut Trump berbahaya. "Kami tahu perbedaan antara kepemimpinan dan kediktatoran. Transisi (pemerintahan, Red) yang lancar dan damai adalah salah satu faktor yang justru bisa membuat kita terpecah belah," kata Clinton di hadapan masa Demokrat di Kota Cleveland, Negara Bagian Ohio.

Namun, kubu Trump memilih mengabaikan kritik tersebut. "Delapan belas hari (lagi, Red). Anda akan mengingat hari itu sebagai yang jauh lebih penting daripada (pencoblosan, Red) sebelumnya. Suara Anda juga jauh lebih berharga dari yang sudah Anda berikan (kepada capres-capres, Red) sebelumnya," papar Trump Jumat lalu. Dia juga mengaku rela melakukan apa saja serta mengerahkan segala yang dipunya untuk memenangi pilpres. "Menang, kalah, atau seri, saya akan bangga terhadap diri saya sendiri," katanya. Pernyataan tersebut seakan menampik persepsi masyarakat tentang ke­engganannya menerima hasil pilpres. Dalam debat terakhir, secara implisit dia mengatakan tidak akan menerima hasil pilpres jika kalah. "Saya akan mengatakannya nanti, saat hari H," kilahnya ketika ditanya host debat Chris Wallace tentang kesiapannya menerima hasil pilpres. 

Sejumlah pengamat memang menyebut pilpres 2016 sebagai yang paling gaduh sepanjang sejarah. Terutama karena kedua capres saling serang di ranah pribadi. Apalagi, tiga debat yang berlangsung pada 26 September, 9 Oktober, dan 19 Oktober selalu diwarnai dengan aksi saling serobot. Sedikitnya ada dua skandal yang menjadi konsumsi publik pada masa pilpres kali ini. Yakni, skandal pelecehan seksual Trump dan e-mail Clinton. (AFP/Reuters/BBC/CNN/hep/c11/any/JPNN/pda) 

BACA JUGA: Gawat, Markas Clinton Diteror Amplop Putih

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lynlee Hope, Bayi yang Terlahir Dua Kali..Ajaib!


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler