Dua orang bersahabat ini, Hanny Kusumawati dan Nia KSadjarwo, ingin menerapkan moto: mulailah dari yang terkecil untuk berbuat baik
BACA JUGA: Para Ahli Waris Korban Pembantaian Rawagede setelah Belanda Meminta Maaf dan Berikan Kompensasi
Sejak 2008, mereka telaten menghidupkan gerakan mengumpulkan uang koinBACA JUGA: Istri Kabur Telantarkan Anak, Suami Bikin Sayembara Berhadiah
M
GELARAN muktamar blogger bertajuk ON|OFF di Jakarta awal Desember lalu berlangsung sangat meriah
BACA JUGA: Kisah Suami yang Positif HIV/AIDS, tapi Isteri dan Ketiga Anaknya Negatif
Puluhan blogger memajang kreativitas masing-masingMulai blogger yang intensif memasarkan pariwisata daerah, penyedia buku-buku pendidikan, hingga kolektor merchandise serial fenomenal Star TrekSemua berbaur, tumplek bleg.Di antara sekian stan blogger, yang terlihat jarang sepi adalah milik komunitas Coin A Chance! Sesuai dengan namanya, gerakan komunitas itu adalah mengumpulkan koin-koin, lalu disumbangkan untuk membantu anak-anak miskin yang terancam putus sekolah.
Di kios komunitas yang mengambil slogan drop, collect, send those kids back to school itu pengunjung bisa ikut berpartisipasi menyumbangkan koin-koin sisa berbelanja atau membayar parkirStan tersebut juga menyiapkan belasan celengan dengan foto anak sekolah yang tersenyum ceria
Celengan sepanjang satu jengkal berdiameter seukuran lengan orang dewasa itu dibagikan gratis kepada pengunjung yang ingin mengumpulkan koin di rumah masing-masing"Kami di sini bersifat sukarelaTidak ada ketentuan harus menjadi member atau apalah namanya," tutur Anggia Bahana Putri, relawan bagian administrasi yang saat itu bertugas menjaga stan
Anggia menjelaskan, pihaknya menggunakan sebutan coiners untuk pengumpul koin aktif sekaligus pengurus operasional Coin A Chance!Ada juga sebutan droppers bagi pengumpul koin aktif dan tidak aktif yang tidak terlibat dalam kepengurusan komunitas.
Anggia menjelaskan bahwa secara berkala, komunitas tersebut menggelar pertemuan yang dijuluki Coin Collecting Day (CCD)Pertemuan itu digunakan untuk mengumpulkan sekaligus menghitung perolehan koin dari celengan-celengan yang tersebar di seantero DKI Jakarta dan sekitarnyaAnggia menuturkan, kesan formal dihapus bersih dalam pertemuan CCD itu"Kami sering kumpul santai di restoran-restoran atau kafe," ucap perempuan kelahiran Jakarta, 8 Agustus 1981, itu.
Dalam setiap pertemuan CCD, koin yang terkumpul cukup fantastisDari delapan kali rekaman CCD, donasi koin yang terkumpul pernah mencapai Rp 10 juta lebihTapi, rata-rata uang yang terkumpul pada pertemuan itu Rp 2 jutaan
Anggia menceritakan, uang koin yang jumlahnya jutaan rupiah itu banyaknya bukan main"Pernah kami bungkus dengan menggunakan satu kardus mi instan masih kurang," katanya.
Setelah terkumpul, duit koin dari para coiners dan droppers tersebut siap digunakan untuk menyumbang biaya pendidikan siswa-siswi miskinSaat ini mereka memiliki anak asuh belasan orangAnak-anak miskin itu tersebar di DKI Jakarta, Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, hingga Malang, Jawa Timur.
Anggia menceritakan, dirinya pernah ikut menyerahkan donasi untuk siswa-siswa miskin di Kabupaten Karanganyar, Jawa TengahAlumnus London School of Public Relations, Jakarta, itu menuturkan, sambutan orang tua siswa sangat luar biasa"Sampai pernah pulang dikasih petai," kenang Anggia.
Sambutan dari para pendidik siswa-siswa tersebut juga tidak kalah luar biasanyaSampai-sampai ada sejumlah guru yang terpincut dengan model penggalian donasi ala Coin A Chance!Para guru itu akhirnya rela menyisihkan uang receh untuk membantu siswa mereka sendiri yang tidak mampuMereka menyatakan tidak berat jika harus mengumpulan Rp 100 hingga Rp 500Apalagi, sumbangan tersebut tidak mengikat dan tidak dilakukan setiap hari.
Pada saat seremoni pemberian bantuan biaya pendidikan siswa miskin, digelar upacara yang cukup unikYaitu, sebagian bantuan biaya pendidikan diberikan tetap dalam kondisi recehanRata-rata jumlahnya Rp 100 ribu"Lucunya, oleh kepala sekolah uang recehan ini didiamkan untuk dibuat kenang-kenanganKemudian, diganti dengan uang kertas miliknya," ucap Anggia.
Sejarah berdirinya Coin A Chance! hingga tumbuh menjadi komunitas yang begitu bermanfaat untuk sebagian orang itu dibidani dua sahabat Hanny Kusumawati dan Nia KSadjarwoKomunitas itu resmi berdiri pada Desember 2008
Genap tiga tahun berdiri, kini cabang-cabang komunitas Coin A Chance! tersebar di penjuru IndonesiaDi antaranya, Bandung, Bali, Palu, Cilegon, Makassar, dan SemarangBahkan, komunitas tersebut juga sudah terbentuk di Benua EropaTepatnya di Berlin, JermanMereka khusus mengelola donasi yang terkumpul dari para donatur di kawasan Benua Biru.
Di temui sebelum menjadi pembicara sebuah seminar di Jakarta Sabtu lalu (10/12), Hanny mengatakan tidak ada niat khusus ketika kali pertama menggagas komunitas itu"Semua dulu isengTidak menyangka sebesar ini sambutannya," ucapnya.
Hanny menceritakan, awal berdirinya Coin A Chance! dimulai ketika dirinya dan Nia sedang bengong di sela-sela mengurusi pekerjaan sebagai konsultan komunikasiKebetulan, meja kerja mereka berdua berdempetan"Saya dan Nia memandangi celengan koin yang berada di meja kamiDiapakan ya enaknya," tutur perempuan kelahiran Bogor, 31 Mei 1983, itu
Kebetulan juga, Hanny dan Nia hobi mengumpulkan uang recehanHanny beralasan, uang recehan cukup ribet jika harus disimpan di saku"Jika disimpan di dompet, berat nanti bawanya," jelas diaCelengan kecil menjadi media satu-satunya bagi Hanny dan Nia kala itu untuk menyimpan uang recehan.
Nah, ketika tebersit pertanyaan digunakan untuk apa uang-uang receh tadi, mereka memutuskan untuk membantu biaya pendidikan anak-anak miskinSaat celengan Hanny dan Nia dipecah, terkumpul sekitar Rp 600 ribuDuit itu langsung disalurkan ke Bintang Gempur Anarki, anak salah seorang penjual rokok di sekitar kediaman Nia di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan.
Hanny menceritakan, kondisi pendidikan Gempur saat itu benar-benar kacauDia hampir putus sekolah karena tidak bisa melanjutkan pendidikan dari jenjang SD ke SMPPenyebabnya, ijazah Gempur ditahan pihak sekolah gara-gara memiliki tunggakan biaya SPP sejak kelas V"Biaya sebenarnya tidak besar, tapi dia benar-benar tidak mampu," katanya
Akhirnya, Coin A Chance! datang menjadi juru penolong untuk kelangsungan pendidikan GempurDia akhirnya bisa bersekolahSekarang Gempur kelas VIII di SMP kawasan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Hanny menuturkan, dirinya mendapat informasi anak-anak yang berhak dibantu dari kawan-kawannyaDia mengaku memiliki sistem yang benar-benar selektif untuk memberikan bantuan biaya pendidikan
Di antaranya, anak yang akan dibantu harus benar-benar punya semangat belajarNilai rapor tidak perlu tinggi, tetapi konsisten di level sedangKriteria lainnya adalah orang tua harus benar-benar mendukung pendidikan anakJangan sampai, setelah dibantu, anak tadi tetap putus sekolah karena disuruh orang tuanya bekerja.
Bagi Hanny, komunitasnya tidak memasang target seberapa banyak anak yang harus dibantuTetapi, mereka nekat membantu hingga anak tamat SMASaat ini, berdasar perhitungan yang dipampang di situs mereka, saldo komunitas sekitar Rp 18 juta.
Saldo itu, menurut Hanny, cukup untuk membantu biaya pendidikan para anak asuhSebab, dia menghitung biaya pendidikan satu siswa di tingkat SD sekitar Rp 60 ribu per bulanUntuk biaya siswa tingkat SMP dan SMA, dia memperkirakan Rp 100 ribu per bulan.
Hanny menegaskan, komunitasnya anti meminta uang di jalan-jalanMeskipun dibalut dengan aksi demonstrasiDia memiliki filosofi membantu orang itu tidak harus menunggu harta menumpuk"Bisa dimulai dari kecil duluMenyisihkan uang recehan," paparnya
Celengan-celengan Coin A Chance! saat ini sudah tersebar ke mana-manaMulai pribadi hingga perusahaan-perusahaan ternama di DKI Jakarta dan sekitarnyaSelain itu, celengan berada di Kedubes Australia dan Kedubes Amerika di Jakarta.
Dia berharap, gerakan komunitas Coin A Chance! bisa langgeng dan tidak sekadar menjadi tempat nongkrong meriah-meriahan sajaHanny menuturkan, komunitasnya tetap fokus menggarap dunia pendidikan yang selama ini belum tersentuh pemerintah(wan/c4/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Zaneta Naomi, Penyanyi Belia yang Namanya Meroket berkat David Foster
Redaktur : Tim Redaksi