Kisah Suami yang Positif HIV/AIDS, tapi Isteri dan Ketiga Anaknya Negatif

Tak Boleh Tukar Sikat Gigi, Pasang Alarm Minum Obat di HP

Kamis, 08 Desember 2011 – 08:08 WIB

Tiga tahun lalu, Fajar Jasmin Sugandhi dinyatakan positif mengidap HIV/AIDSDia bersyukur, karena isteri dan ketiga anaknya tak tertular

BACA JUGA: Zaneta Naomi, Penyanyi Belia yang Namanya Meroket berkat David Foster

Tapi Fajar sempat shock, karena anak keduanya pernah ditolak masuk sekolah gara-gara sang ayah positif HIV. 
    
 AGUNG P
ISKANDAR, Jakarta

KAMIS pekan lalu (1/12), Fajar Jasmin Sugandhi kaget bukan kepalang

BACA JUGA: Menikmati Sentuhan Teknologi Canggih Kue dan Kloset di Jepang

Tinggal beberapa langkah lagi Immi, anaknya, diterima di SD Don Bosco 1 Kelapa Gading
Tapi, melalui SMS, bocah perempuan berumur 8 tahun tersebut batal diterima

BACA JUGA: Cerai Cukup Persetujuan Keluarga

Yang menyakitkan Fajar, pembatalan itu terjadi karena dia mengidap HIV/AIDS
 
Padahal, anak pasangan Fajar-Leonnie FMerinsca tersebut sudah melewati serangkaian tesBahkan, urusan dia dengan SD di Jakarta Utara itu tinggal persoalan administrasiFajar benar-benar shock karena diskriminasi tersebut sudah keterlaluanApalagi, pernyataan penolakan itu diungkapkan tepat pada peringatan Hari AIDS Sedunia (1 Desember)
 
Fajar dan Leonnie sangat kecewaMereka mendesak SD di Jakarta Utara tersebut untuk meminta maafUntungnya, setelah Yayasan Panca Dharma yang membawahkan SD Don Bosco bertemu Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan Fajar-Leonnie, sekolah itu kembali menerima ImmiPihak sekolah juga meminta maaf atas kesalahan mereka.
 
Saat ditemui di Mal Kelapa Gading kemarin (7/12), Fajar dan Leonnie tak bisa menyembunyikan kebahagiaannyaAnak kedua hasil pernikahan mereka itu akhirnya bisa kembali diterima di sekolah yang dia idam-idamkan"Kami bersyukur, persoalannya sudah selesaiKami maklumIni hanya karena ketidaktahuan," kata Fajar.
 
Karena itu, Fajar dan Leonnie tak ingin membesar-besarkan persoalan tersebutMenurut dia, sejak pihak sekolah meminta maaf dan menerima kembali Immi, persoalan sudah dianggap selesaiDia berbesar hati dan menganggap insiden itu sudah tuntas

"Kami sebenarnya juga tidak ingin bicara soal kasus iniNamanya orang khilaf, bisa saja terjadiKami senang semua sudah selesai," ungkapnya.
 
Saat ditemui, penampilan Fajar terlihat segarSama sekali tidak terlihat bahwa dia mengidap penyakit yang belum ada obatnya ituBerkemeja batik, lelaki kelahiran Surabaya, 12 Juli 1977, tersebut mengenakan kacamata ber-frame hitam.

Fajar menyatakan, dirinya dan keluarga justru melihat kasus itu sebagai pelajaran bagi semua orangDia tidak menganggap dirinya menang karena akhirnya pihak sekolah meminta maafLelaki langsing itu justru menilai kasus tersebut sebagai momen bagi semua orang untuk mendapat kebenaran tentang HIV/AIDS.
 
Apalagi, pascainsiden itu, pihak sekolah akan mengadakan sosialisasi tentang HIV/AIDS bagi seluruh warga sekolahFajar menyambut baik iktikad mereka

"Ini juga pembelajaran bagi anak saya bahwa dalam hidup selalu ada persoalanJangan selalu lihat persoalannyaYang penting bagaimana terus menjalani hidup dengan baik," tegasnya.
 
Leonnie menuturkan, saat Immi ditolak bersekolah, dirinya sudah siap mencari sekolah lainBagaimanapun, dia harus segera mencari alternatif bagi buah hatinya"Saya bilang kepada dia, Immi ayo kita cari sekolah lain yuk?" ujarnya.
 
Immi pun penasaranSebab, sejatinya dia sudah cocok bersekolah di Don Bosco"Kenapa Ma" Kenapa cari sekolah lain" Immi suka sekolah di situ," tutur Leonnie menirukan anaknya.
 
Lulusan Jurusan Seni Rupa IKIP Jakarta itu akhirnya mengaku bahwa Immi ditolak di sekolah tersebutTentu saja Leonnie tak mengatakan bahwa penolakan itu dilakukan karena sang ayah terjangkit HIVLeonnie berusaha memberi tahu Immi dengan bahasa yang ringan dan logis"Saya bilang, Immi tidak bisa diterima karena daddy sakit," ungkapnya.
 
Immi justru semakin penasaran"Kan yang sekolah Immi, bukan daddy," jawabnya.
 
Setelah akhirnya kembali diterima, Immi senang bukan mainLeonnie menyatakan bahwa SD Don Bosco 1 meminta maaf dan akan menerima kembali dirinya"Immi kemudian mengatakan ingin bilang terima kasih," katanya menirukan perkataan putri tercintanya tersebut.
 
Leonnie menuturkan, hidup dengan suami ODHA sejatinya tidak berbedaNamun, dengan kehadiran tiga anak hasil pernikahan mereka, kebiasaan hidup sehat harus dibudayakanMisalnya, mereka harus segera memberi tahu ketika ada luka yang terbuka dan tidak bertukar sikat gigiBahkan, kini anak-anak mereka sudah terbiasa untuk segera mencari plester jika sedang terluka.
 
Leonnie juga mendukung penuh pengobatan FajarBahkan, dia ikut-ikutan memasang alarm di ponsel Fajar untuk jadwal mengonsumsi obat"Kadang-kadang juga saya telepon kalau waktunya minum obatTapi, sekarang sudah jarangDia sudah biasa," katanya lantas tersenyum.
 
Fajar saat ini memiliki kesibukan sebagai editor di media yang menggarap tema-tema lingkungan hidupProduknya ada duaYakni, siaran rutin di radio dan mengisi tulisan di situs www.iklimkarbon.com.
 
Leonnie juga tak kalah sibukPerempuan kelahiran Jakarta, 16 Mei 1977, tersebut bekerja di sebuah yayasan donatur pendidikan bagi anak-anak tidak mampu dan anak-anak jalanan.
 
Fajar saat ini sangat menikmati pekerjaannyaSudah dua tahun ini dia bergerak di bidang lingkungan hidupDi lingkungan pekerjaan sebelumnya, Fajar kerap menerima diskriminasi dan stigma negatifDia menjadi sasaran anggapan buruk rekan-rekan kerjanya"Bahkan, menerima telepon dari saya saja mereka tidak mau," ungkapnya.
 
Lulusan Jurusan Psikologi Unika Atma Jaya itu sempat stres dan tertekanDia sampai menyebut lingkungan kerjanya tersebut sebagai "lingkaran setan"Sebab, stres gara-gara tekanan sosial di lingkungan pekerjaan membuat kekebalan tubuhnya terganggu"Akhirnya, saya keluar daripada berdampak lebih buruk," ujarnya.
 
Fajar mendapat buah dari keputusan keluar dari pekerjaan lamanyaSaat ini, dia dipercaya menjadi anggota delegasi badan PBB United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dari kalangan private sector

Pekerjaan itu membuat dirinya harus berkeliling ke sejumlah negara untuk mengikuti forum-forum kecil sebagai persiapan konferensi tahunanBaru tahun ini dia absen dari forum tahunan yang kini digelar di Durban, Afrika Selatan, tersebut.
 
Fajar mengungkapkan, diskriminasi hanya akan berdampak buruk bagi siapa pun, tidak hanya bagi ODHADia memisalkan, jika seseorang mendapat perlakuan diskriminasi, dia akan malu untuk terbuka tentang penyakitnyaAkibatnya, dia tidak mendapat pengobatan.
 
Konsekuensinya, karena tidak terbuka, orang-orang tidak tahu bahwa dia mengidap virus mematikan ituSuami atau istrinya yang tidak diberi tahu bisa tertularPenularan juga bisa berlanjut kepada anak keturunan mereka

"Coba kalau terbuka sejak awal, mereka akan langsung mendapat penanganan dan bisa mencegah terjadinya penularanMereka takut mengaku karena risiko sosialnya terlalu buruk," katanya.
 
Leonnie dan Fajar menikah pada 2004Itu berarti, Leonnie sudah hidup bersama Fajar selama hampir delapan tahunPada 2008, Fajar dinyatakan positif mengidap HIV/AIDSLelaki 34 tahun itu mengaku tidak tahu kapan dirinya tertularNamun, yang dia ingat, pada kurun 1999 hingga 2000, dirinya sempat terjebak dalam dunia narkotika
 
Selama hidup bersama Fajar, Leonnie sampai saat ini masih dinyatakan negatif dari penyakit tersebut"Artinya, selama menjaga risiko tertular, kita tetap amanHIV/AIDS itu susah banget lho penularannya," tegasnya.
 
Yang susah, kata Leonnie, adalah menghadapi mitos-mitos tentang HIV/AIDSMisalnya, virus akan menular melalui gigitan nyamukAlasannya, nyamuk membawa darah yang tertular virus dan akan menularkannya saat menggigit orang yang sehatPadahal, virus tersebut justru tidak bisa hidup saat meninggalkan raga manusia.
 
Begitu juga mitos ketika memegang darah penderita HIV/AIDSSejatinya, itu tetap amanYang penting, orang yang negatif tidak memiliki luka yang terbukaBahkan, timpal Fajar, penularan melalui hubungan seksual juga bisa diminimalkan
 
Penularan HIV/AIDS melalui seks, kata Fajar, memang 50 persenNamun, itu hanya terjadi pada penderita yang tidak mendapat penangananPada penderita yang menjalani pengobatan, risiko menularnya ke pasangan dalam hubungan seks hanya 10 persen"Apalagi kalau pakai kondomTambah aman," tegas Fajar.
 
Dia mengaku pernah berhubungan dengan Leonnie tanpa memakai kondomBahkan, Leonnie sempat hamil kendati janin tersebut akhirnya gugurNamun, sampai sekarang Leonnie masih negatif"Selama kita menjaga risiko penularan, HIV/AIDS tidak akan bisa menjangkiti," katanya
 
Fajar-Leonnie dikaruniai tiga anakSelain Immi, dua lainnya adalah si sulung, bocah pria berumur 9 tahun, dan si bungsu, juga bocah pria berumur 3 tahun"Tiga anak saya negatif," ujar Fajar(c5/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kepala Sekolah Pemulung ke Motivator Mahasiswa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler