jpnn.com, NEW DELHI - Pejabat Kementerian Kesehatan India menuding umat muslim di negara itu yang menyebarkan virus corona (covid-19). Pernyataan tersebut membuat serangkaian anti-Islam telah menyebar di India.
Parahnya lagi, seorang pemuda Muslim yang sedang membagikan makanan kepada orang miskin tak luput menjadi target serangan. Banyak masyarakat muslim menerima kekerasan dengan dilempari dan dipukuli.
BACA JUGA: Rakyat Kecil Menderita, India Tetap Perpanjang Lockdown Corona
Dikutip dari New York Times, Selasa (14/4), serangan terjadi baik di luar maupun di dalam lingkungan masjid, mereka yang beragama Islam dianggap sebagai penyebar virus.
Bahkan, di negara bagian Punjab, pengeras suara di kuil Sikh menyiarkan suara pesan yang memberi tahu orang-orang untuk tidak membeli susu dari peternak muslim karena produk tersebut bisa menyebabkan terjangkitnya virus corona.
BACA JUGA: 350 Ribu Sopir Truk Merana Akibat Kebijakan Mendadak Pemerintah, Kelaparan dan Kehausan
Pesan penuh kebencian pun berkembang di dunia maya. Semakin banyak beredar video yang berisi imbauan kepada kaum muslim untuk tidak memakai masker, tidak mempraktikkan jarak sosial (physial distancing), dan tidak mengkhawatirkan virus corona sama sekali, seolah-olah para pembuat video ingin muslim terjangkit virus Corona.
Di tengah pandemi global yang menimpa dunia saat ini, selalu ada yang disalahkan. Presiden Amerika Serikat Donald Trump pun melakukannya. Trump bersikeras menyebut novel virus Corona sebagai "virus Cina."
Kaum Muslim di India yang berjumlah lebih dari 200 juta jiwa kini berada di bawah tekanan karena tuduhan yang dilayangkan kepada mereka sebagai penyebar virus.
Di India kaum Muslim merupakan minoritas, sementara 1,3 miliar penduduknya memeluk agama Hindu sebagai mayoritas.
Serangan terhadap Kashmir, wilayah mayoritas Muslim, hingga undang-undang kewarganegaraan baru yang secara terang-terangan mendiskriminasi umat Islam.
Beberapa tahun terakhir ini merupakan titik terendah bagi Muslim India yang hidup di bawah pemerintahan nasionalis Hindu yang dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi dan didorong oleh kebijakan mayoritas.
Tuduhan yang dilayangkan pemerintah bukan tanpa alasan. Pemerintah India menyebut gerakan keagamaan Muslim bertanggung jawab terhadap 8.000 kasus covid-19 di India.
"Pemerintah terpaksa memanggil Jamaah Tabligh," ungkap Pejabat senior di Kementerian Luar Negeri India, Vikas Swarup seperti dilansir New York Times, Selasa (14/4).
Namun, dia menyangkal sikap tegas pemerintah yang sering menentang diadakannya agenda massa seperti Jemaah Tabligh yang menghubungkan dari komunitas tertentu. (mg9/jpnn)
Redaktur & Reporter : Dedi Sofian